Proud of

Proud of

Jumat, 17 Januari 2014

Giveaway Kolaborasi: Mensyukuri Perjalanan Impian


Aku, Taufiq Firdaus A A
Sering orang bilang kalau hidup itu harus disyukuri agar segalanya lebih dimudahkan oleh Allah. Malah "nikmat" yang telah ada itu akan "ditambah" oleh-Nya bila kita mampu bersyukur. Dan aku teringat pada salah satu kalimat yang diucapkan oleh salah satu sastrawan Mesir, Nawal El Saadawi namanya, ia berkata, "Kehidupan itu keras. Sedangkan memori itu tidak pernah lengkap, dan menulis menjadi satu cara menangkap apa yang telah dan akan lindap." Untuk itulah, aku ingin menulis sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang telah lalui dan kurasakan, dan akan halnya yang kuharapkan ke depannya. Karena aku percaya, bahwa harapan adalah doa abadi di dalam hati yang selalu menyala dan menerangi perjalanan diri. Dan bukankah, Allah maha pengabul doa? Harapan membuat segalanya lebih terang dan lapang.

Syaikh Abdul Qadir Jaelani pernah berkata, "Jangan kehilangan harapan dalam kesempitan!" Sama halnya dengan apa yang ada dalam firman bahwa selalu ada kemudahan selepas kesulitan, bukan? Hanya masalah seberapa besar usaha kita untuk mencapai gerbang kelapangan yang Allah sediakan bagi kita. Maka, harapan menjadi suatu doa yang memiliki kekuatan sebagai penyemangat kehidupan, dan menulis menjadi salah satu cara agar kita selalu ingat, bukankah ingatan kita kadang lemah? Ah, tetapi kadang aku juga merasakan apa yang banyak juga orang bilang, "Hidup itu nggak pernah mudah." Kalau begitu apa yang tidak sulit? Bermimpi!

Ya, punya impian bisa mengubah masa depan walaupun itu butuh perjalanan yang panjang. Aku sendiri pernah merasakan sesuatu tidak seperti yang aku harapkan, tetapi Allah punya kisah yang lainnya, yang ternyata setelah kujalani semakin membuat aku berharap untuk terus berjuang dalam kehidupan ini!

Aku keempat dari kiri di bagian yang berdiri, pakai kacamata
SEMUA bermula selepas aku lulus dari Madrasah Tsanawiyah Persis Tarogong, Garut. Aku mengalami kebingungan untuk melanjutkan ke mana, sampai akhirnya ada yang menganjurkan aku untuk ikut seleksi masuk ke MAN Insan Cendekia Serpong, aku ragu mengikutinya karena sekolahnya jauh dari tempat aku tinggal, tetapi beasiswa yang ditawarkannya menjadi satu impian yang hampir ingin diwujudkan oleh banyak pelajar yang baru lulus saat itu, tidak hanya dari Garut tetapi dari seluruh Indonesia. Aku pun mencoba, menguatkan tekad, berusaha dan berharap kepada Allah dengan itu, ternyata aku diterima di sekolah itu. Nggak kebayang bagaimana rasanya, terlebih sekolah tersebut menggunakan sistem bahwa murid di asramakan selama tiga tahun full di sana, artinya aku akan jauh dari keluarga, dari orang tua. Satu kondisi yang tentu saja menuntut keberanian untuk yakin akan kemampuanku. Hal itu terwujud, karena keluarga ternyata mendorongku dengan penuh, walaupun mereka khawatir juga, tapi setelah mendapatkan keterangan yang cukup, aku pun memulai langkah; menuju sekolah yang baru, kisah yang akan kutorehkan demi menggapai cita-cita, yang mana pada waktu itu aku sangat ingin menjadi dokter.




Akhirnya aku pun hijrah, merantau membangun kisah baru dengan teman-teman dan lingkungan yang baru, menyenangkan karena mendapatkan kawan-kawan dari pelbagai daerah. Dan yang pasti aku harus belajar lebih keras (Alhamdulillah selama tiga tahun di Insan Cendekia masuk sepuluh besar di tiap semesternya!), sebab aturan di sini ketat dalam artian untuk membentuk karakter yang tidak hanya cerdas akal tetapi juga cerdas iman. 

Di sini aku tidak hanya mendapatkan pelajaran pengetahuan umum yang memadai dengan sarana penunjang belajar yang modern, tetapi juga pengetahuan agama yang menjadikan proses belajar lebih dirasa berarti karena kita menjadi tahu akan mengapanya kita wajib menunut ilmu baik bagi laki-laki pun perempuan. SELEBIHNYA sebagaimana ada pepatah yang bilang high school never end, masa-masa SMA memang benar-benar beda, ada suka duka yang luar biasa, terlebih terkait persaudaraan karena kita disatukan selama tiga tahun dengan sistem asrama. Jadi, sudah jelas saling tahu satu sama lainnya, termasuk juga tahu kalau teman sekamar kita itu suka ngorok atau nggak kalau lagi tidur. Hahaha

Di tingkat terakhir, tentu saja teman-teman sudah punya rencana mau melanjutkan ke mana, aku sendiri masih pada keinginanku untuk masuk kedokteran di Universitas Indonesia melalui program SIMAK-UI, dan ternyata gagal. Dari itu aku sempat galau juga. Sebab jurusan tersebut memang selain membutuhkan kecerdasan intelektual juga kemampuan finansial yang tidak sedikit. Tidak ragu aku pun mencoba di UGM. Semuanya gagal. Tinggal kemudian aku mencoba jalur SNMPTN, dan aku memilih Institut Pertanian Bogor, walaupun di situ tidak ada jurusan kedokteran, kecuali kedokteran hewan yang tidak pernah terlintas dibenakku. Ini jelas langkah yang kuanggap berani, pilihan yang mana harus kupilih sebab boleh jadi jika aku nggak lulus dalam yang satu itu aku nggak akan dapat masuk PTN, dan mungkin aku langsung bekerja dan menunda kuliah.


Lagi Laboratorium, kedua dari kiri
APA yang terjadi? TERNYATA aku diterima di Program Studi Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Itu semua karena keyakinan, semangat, dan menepis awan keputusasaan. Dan semua seperti telah diatur oleh-Nya, aku tahu sekarang ahli gizi menjadi satu bagian penting yang mendukung kinerja dokter dalam suatu rumah sakit. Ini berarti tidak terlalu jauh dari apa yang  kuharapkan! Tidak hanya itu, di jurusanku ini ternyata tidak hanya sekelumit zat gizi, tetapi juga manajemen jasa boga, jadi dunia industri kulineri pun masuk; untungnya lagi aku suka wisata kuliner Hehehe. Makanya foto di awal aku tengah pakai seragam koki! Hehehe

Well, rencana Allah itu memang indah, tidak ada istilah salah jurusan, apalagi bila kita menjelaninya dengan rasa syukur, rasanya bahagia betul! Aku pun kemudian hijrah dari Serpong ke Dramaga, Bogor sampai sekarang. Banyak rekan baru juga dari aneka daerah, aku tidak begitu canggung karena sudah pernah merasakan itu di IC. Dan segala usaha selalu beroleh hasil, dengan upaya belajar keras aku pun memperoleh beasiswa kuliah dari Tanoto Foundation, ini sangat membantu meringankan beban biaya kuliah dan hidup apalagi ketika ayah sudah tak ada lagi. Dari sini pula kemudian aku melalui Kuliah Kerja Profesi dapat menginjakkan kaki ke Kalimantan. Semuanya, sejauh ini berjalan dengan indahnya, aku syukuri itu semua. Ke depan? Tentu saja aku berusaha terus agar mendapatkan IPK minimal 3,5 sebagai salah satu modal jika hendak mengajukan beasiswa ke jenjang S2. Lulus dengan nilai yang memuaskan, menjadi ahli gizi yang turut andil dalam tanggungjawab memajukan kehidupan bangsa mengingat pangan dan gizi menjadi faktor penting juga dalam memajukan suatu negara. O ya, selain kuliah aku juga aktif di Koperasi Mahasiswa IPB, sempat jadi bagian di badan pengawasnya, pun di Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi-nya. Dan juga menjadi salah satu mentor Kimia dan Matematika di salah satu lembaga bimbingan belajar di kota Bogor. Itu semua membahagiaan. Sungguh setiap perjuangan yang disertai kesungguhan akan memberikan kepuasaan tersendiri yang mana ini rasnaya tidak sesaat, karena bahagia hatilah yang mencicipinya. Serta kadang aku menjadi MC di pelbagai acara, soalnya entah mengapa sejak masuk kuliah sisi ke-public speaking-an aku itu meningkat. Nggak apa-apa deh nggak jadi penyanyi pun, MC kan pegang mic juga. Hahaha

Eksperimen pertamaku  Hehehe bolehlah untuk pemula, ya?
Well, SEMOGA saja dengan tetap adanya api harapan di dalam hatiku ini, jalan terang ke depan mudah kujalani. Dan itu bisa diawali dengan terus memupuk rasa syukur atas apa yang sudah kudapatkan sampai tulisan ini diturunkan. Amin

Itulah sedikit napak tilas aku dalam menysukuri perjalanan impianku, semoga tulisan ini menjadi sarana pengingat khususnya bagiku agar tetap semangat berjuang, bukankah sejarah guru terbaik? Dan kiranya untuk semuanya juga memiliki keyakinan bahwa siapa yang punya harapan Allah akan mudahkan! Dan jangan takut dengan adanya arah atau mengubah, karena kedewasaan dibuktikan dari kesiapan menghadapi itu semua. Allah tahu yang terindah untuk kita! Asal terus berharap, yang positif tentunya. Lagi pula berharap itu lebih baik daripada tidak sama sekali! []


giveaway-kolaborasi-banner-ii

4 komentar:

  1. Wuaah panjang juga perjalanannya ya.. Tetap yakin kalau Allah selalu mengabulkan keinginan kita selama berusaha. Cepat atau lambat akan dikabulkan kok.

    Sempat sekolah di Insan Cendikia?Kenal ama Bu Evi kepala Asrama putri donk ya.. Itu kakak sepupu saya :-)

    Terimakasih sudah ikut giveaway kami ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, benarkah?
      Iya kenal... Hehehe
      Sama-sama :)

      Hapus
  2. yupss.. "Jangan kehilangan harapan dalam kesempitan!" dalam kesempitan itu salalu ada kemudahan..

    salam
    makasih ya udah ikutan GA Kolaborasi

    BalasHapus