Aku, Taufiq Firdaus A A |
Sering orang bilang kalau hidup itu harus disyukuri agar segalanya
lebih dimudahkan oleh Allah. Malah "nikmat" yang telah ada itu
akan "ditambah" oleh-Nya bila kita mampu bersyukur. Dan aku
teringat pada salah satu kalimat yang diucapkan oleh salah satu sastrawan
Mesir, Nawal El Saadawi namanya, ia berkata, "Kehidupan itu keras. Sedangkan memori itu tidak pernah
lengkap, dan menulis menjadi satu cara menangkap apa yang telah dan akan lindap." Untuk itulah, aku ingin menulis sebagai bentuk rasa
syukur atas apa yang telah lalui dan kurasakan, dan akan halnya yang kuharapkan
ke depannya. Karena aku percaya, bahwa harapan adalah doa abadi di dalam hati
yang selalu menyala dan menerangi perjalanan diri. Dan bukankah, Allah maha
pengabul doa? Harapan membuat segalanya lebih terang dan lapang.
Syaikh
Abdul Qadir Jaelani pernah berkata, "Jangan
kehilangan harapan dalam kesempitan!"
Sama halnya dengan apa yang ada dalam firman bahwa selalu ada kemudahan selepas
kesulitan, bukan? Hanya masalah seberapa besar usaha kita untuk mencapai
gerbang kelapangan yang Allah sediakan bagi kita. Maka, harapan menjadi suatu
doa yang memiliki kekuatan sebagai penyemangat kehidupan, dan menulis menjadi
salah satu cara agar kita selalu ingat, bukankah ingatan kita kadang lemah? Ah,
tetapi kadang aku juga merasakan apa yang banyak juga orang bilang, "Hidup
itu nggak pernah mudah." Kalau begitu apa yang tidak sulit? Bermimpi!
Ya,
punya impian bisa mengubah masa depan walaupun itu butuh perjalanan yang
panjang. Aku sendiri pernah merasakan sesuatu tidak seperti yang aku harapkan,
tetapi Allah punya kisah yang lainnya, yang ternyata setelah kujalani semakin
membuat aku berharap untuk terus berjuang dalam kehidupan ini!
Aku keempat dari kiri di bagian yang berdiri, pakai kacamata |
Akhirnya
aku pun hijrah, merantau membangun kisah baru dengan teman-teman dan lingkungan
yang baru, menyenangkan karena mendapatkan kawan-kawan dari pelbagai daerah.
Dan yang pasti aku harus belajar lebih keras (Alhamdulillah selama tiga
tahun di Insan Cendekia masuk sepuluh besar di tiap semesternya!), sebab
aturan di sini ketat dalam artian untuk membentuk karakter yang tidak hanya
cerdas akal tetapi juga cerdas iman.
Di
sini aku tidak hanya mendapatkan pelajaran pengetahuan umum yang memadai dengan
sarana penunjang belajar yang modern, tetapi juga pengetahuan agama yang
menjadikan proses belajar lebih dirasa berarti karena kita menjadi tahu akan
mengapanya kita wajib menunut ilmu baik bagi laki-laki pun perempuan.
SELEBIHNYA sebagaimana ada pepatah yang bilang high school never end,
masa-masa SMA memang benar-benar beda, ada suka duka yang luar biasa, terlebih
terkait persaudaraan karena kita disatukan selama tiga tahun dengan sistem asrama.
Jadi, sudah jelas saling tahu satu sama lainnya, termasuk juga tahu kalau teman
sekamar kita itu suka ngorok atau nggak kalau lagi tidur. Hahaha
Di
tingkat terakhir, tentu saja teman-teman sudah punya rencana mau melanjutkan ke
mana, aku sendiri masih pada keinginanku untuk masuk kedokteran di Universitas
Indonesia melalui program SIMAK-UI, dan ternyata gagal. Dari itu aku sempat
galau juga. Sebab jurusan tersebut memang selain membutuhkan kecerdasan
intelektual juga kemampuan finansial yang tidak sedikit. Tidak ragu aku pun
mencoba di UGM. Semuanya
gagal. Tinggal kemudian aku mencoba jalur SNMPTN, dan aku memilih Institut Pertanian Bogor, walaupun di situ tidak ada jurusan kedokteran, kecuali
kedokteran hewan yang tidak pernah terlintas dibenakku. Ini jelas langkah yang
kuanggap berani, pilihan yang mana harus kupilih sebab boleh jadi jika aku
nggak lulus dalam yang satu itu aku nggak akan dapat masuk PTN, dan mungkin aku
langsung bekerja dan menunda kuliah.
Lagi Laboratorium, kedua dari kiri |
Well, rencana Allah itu memang indah, tidak ada istilah salah
jurusan, apalagi bila kita menjelaninya dengan rasa syukur, rasanya bahagia
betul! Aku pun kemudian hijrah dari Serpong ke Dramaga, Bogor sampai sekarang.
Banyak rekan baru juga dari aneka daerah, aku tidak begitu canggung karena
sudah pernah merasakan itu di IC. Dan segala usaha selalu beroleh hasil, dengan
upaya belajar keras aku pun memperoleh beasiswa kuliah dari Tanoto Foundation,
ini sangat membantu meringankan beban biaya kuliah dan hidup apalagi ketika
ayah sudah tak ada lagi. Dari sini pula kemudian aku melalui Kuliah Kerja
Profesi dapat menginjakkan kaki ke Kalimantan. Semuanya, sejauh ini berjalan
dengan indahnya, aku syukuri itu semua. Ke depan? Tentu saja aku berusaha terus
agar mendapatkan IPK minimal 3,5 sebagai salah satu modal jika hendak
mengajukan beasiswa ke jenjang S2. Lulus dengan nilai yang memuaskan, menjadi
ahli gizi yang turut andil dalam tanggungjawab memajukan kehidupan bangsa
mengingat pangan dan gizi menjadi faktor penting juga dalam memajukan suatu
negara. O ya, selain kuliah aku juga aktif di Koperasi Mahasiswa IPB, sempat
jadi bagian di badan pengawasnya, pun di Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi-nya. Dan
juga menjadi salah satu mentor Kimia dan Matematika di salah satu lembaga
bimbingan belajar di kota Bogor. Itu semua membahagiaan. Sungguh setiap
perjuangan yang disertai kesungguhan akan memberikan kepuasaan tersendiri yang
mana ini rasnaya tidak sesaat, karena bahagia hatilah yang mencicipinya. Serta
kadang aku menjadi MC di pelbagai acara, soalnya entah mengapa sejak masuk
kuliah sisi ke-public speaking-an aku itu meningkat. Nggak apa-apa deh
nggak jadi penyanyi pun, MC kan pegang mic juga. Hahaha
Eksperimen pertamaku Hehehe bolehlah untuk pemula, ya? |
Itulah
sedikit napak tilas aku dalam menysukuri perjalanan impianku, semoga tulisan
ini menjadi sarana pengingat khususnya bagiku agar tetap semangat berjuang,
bukankah sejarah guru terbaik? Dan kiranya untuk semuanya juga memiliki
keyakinan bahwa siapa yang punya harapan Allah akan mudahkan! Dan jangan takut dengan adanya arah atau mengubah, karena kedewasaan dibuktikan dari kesiapan menghadapi itu semua. Allah tahu yang terindah untuk kita! Asal terus berharap, yang positif tentunya. Lagi pula berharap itu lebih baik daripada tidak sama sekali! []
Wuaah panjang juga perjalanannya ya.. Tetap yakin kalau Allah selalu mengabulkan keinginan kita selama berusaha. Cepat atau lambat akan dikabulkan kok.
BalasHapusSempat sekolah di Insan Cendikia?Kenal ama Bu Evi kepala Asrama putri donk ya.. Itu kakak sepupu saya :-)
Terimakasih sudah ikut giveaway kami ya..
Wah, benarkah?
HapusIya kenal... Hehehe
Sama-sama :)
yupss.. "Jangan kehilangan harapan dalam kesempitan!" dalam kesempitan itu salalu ada kemudahan..
BalasHapussalam
makasih ya udah ikutan GA Kolaborasi
Yuhu ;)
HapusSama-sama
Salam kembali :)