Proud of

Proud of

Senin, 16 Februari 2015

Apa yang Dimaksud Pangan Organik?

Belakangan ini, seiring majunya teknologi pertanian, muncul pula tren back to nature dengan jargon "organic"! Tidak jarang bila kita ke supermarket-supermarket sayuran dan buah-buahan tertentu dilabeli buah ataupun sayur organik sehingga disebutlah pangan organik. Tetapi, apa sebenarnya maksud dari pangan organik itu sendiri? Apakah yang natural, alami, dan tanpa teknologi?

Menurut Agung Parwoto (2005), pangan organik merupakan pangan yang dihasilkan melalui sistem pertanian dengan prinsip-prinsip keseimbangan ekosistem secara terpadu dengan meminimalisasikan penggunaan bahan-bahan kimia sintetis yang dapat membahayakan kehidupan organisme dengan tujuan dapat menghasilkan produksi secara berkelanjutan. Jadi bukan berarti tanpa teknologi.

Dapat dimaklumi, banyak salah kaprah di masyarakat soal pangan organik utamanya dalam hal tampilannya, seringkali masyarakat umum menganggap bahwa pangan organik itu yang tampilannya bagus atau ukuran daun sayurnya besar-besar, justru kalau terlalu bagus perlu khawatir, sebab yang organik tanpa pestisida jadi rentan (sebagai suatu sunatullah) pada yang namanya hama dan ukurannya kecil sebab tidak memakai zat perangsang. Tentu saja kita patut khawatir kalau belinya bagus tetapi di tempat yang tidak terjamin higienisnya, misalnya di pasar yang masih kurang memerhatikan aspek keamanan pangan, kalau di supermarket mengapa kita bisa melihat sayur atau buah organik yang bagus penampakkannya karena memang melalui penyortiran bahkan pembungkusan, sebab dari sekian yang terkena hama penyakit tentu tidak semua, dan dengan semakin banyaknya pertanian organik upaya membuat antihama alami pun terus diupayakan. Namun, kalau memang barang yang kita beli sudah ada label organiknya maka Insya Allah itu memang organik.

Nah, walaupun sistem pertanian organik rentan terhadap serangan hama penyakit, tetapi bercocok tanam di lahan yang memang terbebas dari bahan kimia berbahaya akan menghasilkan suatu produk pangan yang lebih sehat daripada sayur atau buah dari pertanian modern dengan aneka bahan kimianya. Adapun beberapa manfaat dari pertanian organik yang utama ialah memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi daripada pertanian anorganik. Kaya vitamin C, magnesium, sulfur, dan rendah akan residu nitrat dan pestisida. Itulah mengapa, menurut penelitian mereka yang mengonsumsi sayur dan buah organik serta beras organik memiliki kadar pestisida yang rendah di dalam tubuhnya.

Problemnya memang, saya rasakan pula, sayuran organik lebih mahal dibandingkan dengan sayuran anorganik, memang sih karena dikemas dengan bagus dan tampilannya bersih, tetapi seharusnya yang lebih sehat harus lebih terjangkau. Saya memaklumi memang, pertanian tanpa bantuan bahan kimia sintetis memang perlu ketekunan dan siap gagal panen, namun hasilnya baik sekali gizinya. Ya, mudah-mudahan saja semakin banyak petani beralih ke pertanian organik sehingga pemerintah akan berupaya mengkondisikan agar petanian organik nasional semakin optimal dan produknya dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini harus dimulai oleh para penyuluh pertanian khususnya agar para petani mulai meminimalisasikan penggunaan bahan kimia sintetis dalam kegiatan pertanian mereka. Amin. Bahkan nih, dalam peternakan pun lagi mencuat isu soal hasil ternak organik, makanya ada daging ayam organik, ada daging sapi organik, termasuk ada telur organik. Niatnya sih bagus, namun harganya memang lumayan menguras. Tapi, kalau dipikir-pikir, kalau memang ada mah, buat apa juga pelit-pelit, pastikan menu yang kita konsumsi memang bebas bahan kimia berbahaya, minimal dapat meminimalisasikannya, walaupun jujur saja, sulit untuk saat ini untuk menghindar dari yang namanya kuasa "kimia berbahaya".

Kalau kalian, apakah mengonsumsi pangan organik?

1 komentar: