Proud of

Proud of

Selasa, 18 November 2014

Pangan Darurat untuk Tanggap Bencana

Sepanjang tahun 2013, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 386 kejadian bencana baik kecil maupun besar. Akibat dari bencana tersebut, 251 jiwa tewas, 1523 jiwa luka-luka dan lebih dari 1,6 juta jiwa mengungsi. Lamanya waktu mengungsi pun tidak dapat ditentukan. Pengungsi pun harus sabar melanjutkan hidup dengan menggantungkan hidup pada orang lain yang terkadang tidak menjamin akses pangan, sanitasi, dan transportasi. Di pengungsian biasanya muncul masalah kesehatan karena minimnya air bersih dan pangan.

Terbatasnya peralatan dan akses pasokan makanan mengakibatkan status gizi para pengungsi tak terpenuhi. Tak jarang mereka menderita kwarshiorkor, busung lapar, dan penyakit-penyakit lain akibat kurang gizi. Makanan yang dikonsumsi umumnya berupa pangan darurat atau emergency food.

Pangan darurat yang seharusnya disediakan adalah makanan dalam bentuk siap santap tanpa harus dimasak terlebih dahulu, kemasannya tidak jauh beda dengan ransum yang dipakai oleh anggota TNI atau daging kurban yang dalam kemasan yang tahan sampai berbulan-bulan, hanya saja pangan darurat harus lebih terjamin keamanan pangannya dengan kemasan yang tidak mudah rusak dan tahan lama serta yang utama kandungan gizinya memang tinggi karena sudah dimodifikasi dan ditambahkan zat-zat gizi agar para pengungsi tetap dapat bertahan dalam kondisi yang tidak menentukan di tempat pengungsian.

Sayangnya pemerintah belum mengelola pangan darurat secara serius, tentu kita bisa lihat bagaimana kondisi pangan para pengungsi, umumnya mereka hanya mendapatkan mi instan yang kalau ditilik dari segi kesehatan sangat kurang gizinya. Dan tidak cocok dikonsumsi dalam jangka lama serta terus menerus. Alasan yang mungkin menyebabkan mengapa tidak ada upaya penyediaan pangan darurat, karena adanya sistem dapur umum. Padahal, hal itu makan waktu dan tidak praktis. Lebih baik pemerintah memberikan bantuan dana kepada pihak terkait utamanya fakultas yang memiliki kemampuan teknologi pangan untuk memperoduksi pangan darurat untuk keperluan bencana, sehingga tidak perlu lagi saat bencana tiba pengungsi harus menunggu kiriman mi instan dari pelbagai daerah. Di beberapa negara, mereka sudah membuat pangan darurat mereka masing-masing. Sudah saatnya Indonesia yang termasuk ke dalam cincin api dunia, yang berarti pusat gempa tersering dan teraktif, harus terpikirkan upaya penyediaan pangan darurat.

2 komentar:

  1. penangan bencana dalam bencana harus cepat di tanggapi supaya tidak berlarut-larut

    BalasHapus
  2. udah ada belum pangan darurat yang sudah diproduksi?

    BalasHapus