Proud of

Proud of

Minggu, 21 September 2014

Tentang Dua Dosen Pembimbing Skripsi Saya

Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc.
Di luar tenggat waktu yang saya rencanakan... yang terus mendekat... hehehe karena di lembar skripsi ruangnya tidak begitu leluasa untuk berkata-kata jadi semogalah ini menjadi suatu pengabadian yang berkesan ke depannya.... dan menjadi suatu bentuk syukur saya... ngomong-ngomong soal dosen pembimbing skripsi saya...

Terima kasih adalah kata yang pertama dapat saya ucapkan untuk keduanya. Siapakah? Hmm... Pembimbing I saya yaitu............... Prof. Dr. drh. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc., suatu kehormatan tersendiri karena walaupun saya baru strata satu ditakdirkan oleh Allah untuk dibimbing oleh seorang guru besar di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, bidang keahlian gizi masyarakat. Dari beliaulah kemudian saya diarahkan untuk melakukan penelitian yang mengharuskan berhubungan dengan pembimbing kedua yang notabene lintas fakultas, yang tentu saja memberikan tantangan tersendiri bagi saya, yang pada awalnya saya sempat tidak yakin, mengingat lintas fakultas itu tentu saja lain dari lintas departemen dalam suatu fakultas. Over all, Prof. Clara sosok yang menganjurkan mahasiswa bimbingannya untuk terus melakukan riset-riset yang inovatif.

Dr. Dra. Pipih Suptijah, MBA.
Dari itu kemudian saya mendapatkan Pembimbing II dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, yaitu Dr. Dra. Pipih Suptijah, MBA., di mana bidang keahlian utamanya adalah kimia perikanan. Pembimbing kedua saya itu sosok yang unik, karena tidak terlalu menjaga jarak dengan mahasiswa bimbingannya baik dengan S1 maupun S2 dan seorang penyaran dan pendengar yang baik. Sehingga dalam hal ini mahasiswa bimbingannya diajak untuk berdialog, dalam penelitian saya memang lebih banyak berhubungan dengan pembimbing kedua karena prosesnya lebih lama di tahap yang diampunya. Dan yang menarik, karena sama-sama orang Sunda, seringkali ketika saya harus bimbingan di kantornya saya berkomunikasi dengan beliau menggunakan bahasa Sunda. Dan dari apa yang saya dengar, karena kerap kali beliau itu bercerita juga tentang kegiatannya mengajar di FPIK, beliau ini termasuk dosen yang tidak terlalu mempersulit mahasiswanya, tetapi sangat mensupport dalam mencari jalan keluar yang memang sangat memudahkan namun tetap dalam koridor ilmiah yang diperbolehkan. Oh ya, beliau juga sempat menyarankan saya untuk lanjut S2 saja setelah lulus, kemudian menjadi dosen. Hmmm... Amin, semoga harapan Bu Pipih terhadap saya itu dimakbulkan oleh Allah...

Karena keduanya pula kemudian saya dapat merasakan bagaimana suatu riset penelitian laboratorium itu, yang memang penuh tantangan dan sarat dengan ancaman kegagalan yang mengharuskan kita untuk mengulang yang lebih baik lagi. Suatu penelitian yang mengharuskan jiwa keilmuwanan saya dinyalakan. Dan akhirnya di bulan yang banyak disebut dengan September Ceria ini, saya mulai tahap penulisan makalah seminar maupun skripsi karena proses maupun data penelitian di laboratoriumnya sudah selesai semua. Semoga saja dalam waktu dekat saya akan segara seminar dan melangsungkan sidang kesarjanaan. Dan mohon doa dari rekan sekalian, semoga saya diberikan kemudahan dalam presentasi nanti, dan dapat menjawab setiap pertanyaan dengan sepatutnya serta dinyatakan lulus. Sehingga saya berhak (dengan kewajiban yang menyertainya) untuk menyandang gelar sarjana gizi atau S.Gz., dan dapat mencontoh semangat belajar dari kedua pembimbing saya yang super semuanya itu. Amin.

Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS.
Dan tidak lupa untuk dosen pembimbing akademik saya selama menjadi mahasiswa ilmu gizi di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, siapa lagi kalau bukan..... Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS., hehehe yang sangat peduli soal pemasyarakatan gizi untuk sehat, bugar, dan cantik. Atas arahan serta bimbingannya selama ini, saya sangat berterima kasih. Satu hal yang menarik dan menurut saya kiranya juga diikuti oleh dosen-dosen lainnya ialah soal keaktifannya di sosial media, utamanya blog dan facebook, maupun twitter. Di tengah jadwal mengajarnya, yang bersangkutan tetap berusaha terhubung dengan para mahasiswa maupun alumni yang tidak hanya sekadar say hello tetapi juga berbagi informasi soal gizi untuk kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Kalau bisa cantik dengan gizi ngapain dengan obat, istilahnya. Karena ada pepatah lama sebaik-baiknya obat adalah makanan. Walaupun dalam kondisi tertentu seburuk-buruknya racun adalah makanan pula. Artinya memang segalanya itu ada ilmunya.

Salam terdalam saya, Taufiq Firdaus Alghifari Atmadja
teruntuk ketiga sosok yang brilian tersebut
semoga Tuhan membalas amal baik pengajarannya
dan saya dapat mengamalkannya dikemudian hari

[]

2 komentar: