Proud of

Proud of

Kamis, 03 Juli 2014

Prabowo—Hatta untuk Gizi Masyarakat Indonesia yang Berkualitas



            Belakangan ini, konsep pengembangan investasi dikembangkan sampai kepada investasi sumber daya manusia. Contoh kasus di negara-negara Barat, peningkatan pendidikan dan pengetahuan nyata-nyatanya sangat mempengarungi perkembangan ekonomi negara tersebut, dikarenakan keduanya memang investasi yang baik bagi terciptanya sumber daya manusia yang prima dalam menghadapi tantangan zaman yang mengglobal. Tetapi tidak hanya dua hal itu, bahwa usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia juga dipengarungi oleh asupan gizi seimbang, dan ketersediaan pangan bergizinya bagi masyarakat. Di mana upaya memperbaiki gizi masyarakat adalah langkah strategis dalam bentuk pencegahaan, karena membiarkan masyarakat tidak sehat justru hanya menghasilkan beban ekonomi yang besar, dalam bentuk biaya kesehatan dan pengobatan, dan tentu menurunkan produktivitasnya. Untuk itu siapa pemimpin yang hendak ambil peduli?

            Saya bersyukur bahwa pada debat sesi ketiga, di mana masing-masing yang dipertemukan adalah cawapresnya, diangkat tema tentang sumber daya manusia dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak dipungkiri bahwa memang harus ada dukungan politik dari pemerintah, dalam bentuk kemauan politik pemerintah dalam mengorganisir agar perencanaan pangan dan gizi dapat terlaksana dengan baik, sehingga kerawanan permasalahan pangan dan gizi dapat dituntaskan, baik dengan jangka pendek maupun dengan jangka panjang, keduanya harus saling berkesinambungan, agar tidak terjadi tumpang tindih program. Hal itu memang membutuhkan tidak hanya anggaran yang disediakan dalam RAPBN, dan adanya perencana ataupun tenaga ahli pangan dan gizi yang kompeten, tentu saja pemerintah dalam hal ini dapat merekrut para ahli dari banyak perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki konsistensi terhadap permasalahan pangan dan gizi termasuk dalam halnya penyuluhan gizi, misalnya dengan civitas akademika di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

            Sedikit menyinggung apa yang sebelumnya saya katakana soal kemauan politik pemerintah, saya berbahagia dan sangat mengapresiasi, karena pasangan capres dan cawapres dari nomor urut satu, Prabowo dan Hatta, menaruh perhatian yang khusus dalam bidang pangan dan gizi, hal itu terungkap dalam pernyataan Hatta saat debat cawapres dengan tema SDM dan IPTEK, Hatta mengatakan: “Dari segi kesehatan kami (Prabowo—Hatta) akan memperbaiki gizi masyarakat... karena dengan gizi yang berkualitas akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia...” Ini adalah satu pernyataan yang gemilang dari calon presiden dan wakil presidennya, bahwa memang, investasi dalam bidang gizi sangat terkait dengan investasi dalam bidang sumber daya manusia, di mana bila hal itu tercapai, maka investasi dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan serta teknologi pun akan semakin tepat guna, dan memiliki efek yang jitu bagi perkembangan generasi bangsa ke depannya. Suatu harapan, yang sangat saya harapkan. Sebagai mahasiswa tingkat akhir bidang ilmu gizi, tentu saja saya mendukung langkah Prabowo—Hatta tersebut, dan ada beberapa hal, yang dapat dikatakan sebagai aspirasi saya terhadap keduanya—tentu saja diawal juga sudah terang bahwa peningkatan gizi masyarakat memang butuh perencanaan pangan dan gizi, dan hal itu harus didukung dengan tenaga ahli serta anggaran dan sumber daya alam (pangan) yang cukup dan beragam.
Adalah cita-cita saya (Prabowo Subianto), setiap anak Indonesia mendapat asupan protein dan gizi yang cukup di masa pertumbuhan. pic by facebook.com/PrabowoSubianto

            Hatta, di tengah wacana penyediaan dana riset dan wajib belajar dua belas tahun yang digaungkan oleh Prabowo—Hatta, serta revolusi putih yang memang menarik, saya berharap bahwa hal itu juga terkait dengan permasalahan pangan dan gizi. Apa yang dapat diperbuat dalam bidang pendidikan, dalam halnya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui bidang gizi? Tidak bisa tidak, ialah dengan pendidikan gizi yang masuk ke dalam kurikulum, hal ini tidak boleh kalah dengan agenda masuknya pendidikan seks dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Hal itu adalah langkah alternatif, di tengah upaya riil pemerintah melalui perencanaan pangan dan gizinya, karena tidak dipungkiri ketidaktahuan akan pentingnya gizi seimbang di kalangan masyarakat, mengakibatkan masih banyaknya ditemui kasus kurang gizi, termasuk yang naas adalah tidak sedikit ditemui masalah kelebihan gizi. Suatu ironi yang menyanyat hati!

            Dengan masuknya pendidikan gizi, di mana dalam pendapat saya, hal itu dapat dimasukkan ke dalam mata pelajar biologi, tentu sedikit banyak dapat mengubah pola pikir masyarakat dalam hal konsumsi terhadap pangan. Di bidang pangan sendiri, saya harap Prabowo—Hatta turut mengembangkan pangan lokal, agar tercipta keanekaragaman produk pangan nasional, mengingat konsumsi pangan yang hanya sejenis, tidak baik juga. Dan tentu, hal itu akan membangkitkan pula semangat dunia pertanian dalam menggarap pangan lokal. Namun, memang nggak bisa ditampik pula, bahwa investasi dalam bidang apapun, apalagi skalanya nasional, butuh dana, maka memang pemaksimalan kekayaan negara dalam hal ini wajib, demi kemaslahatan bangsa. Dengan Prabowo yang memiliki jiwa ksatria dan kecintaan terhadap tanah air yang tidak diragukan lagi, dan Hatta sebagai teknokrat yang berpengalaman dan berpengetahuan, tentu dapat mengkondisikan berjalannya suatu program terkait pangan dan gizi. Besar harapan saya, bahwa suatu saat nanti masyarakat Indonesia mendapatkan akses yang mudah terhadap pangan bergizi, sehingga terciptalah sumber daya manusia dari mulai buruh sampai seluruh lapisan masyarakat menjadi sehat dan produktif, dari balita hingga manula, dengan upaya pendidikan dan penerapan  ilmu pengetahuan dan teknologi yang multidisipliner, niscaya kreatifitas anak bangsa semakin berjaya pula ke depannya. Terima kasih sudah peduli, #PrabowoHatta, yang konsen untuk #SelamatkanIndonesia dari masalah pangan dan gizi, agar #IndonesiaSatu tetap jaya selalu. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar