Dok. Pribadi, awal Agustus di Ds. Asam-asam, Kalimantan, 2013 |
Jujur saja, saya bukanlah seorang yang terlampau nasionalis jika yang namanya nasionalis itu terlalu anti internasionalisme ataupun relijiusisme, malah tidak terlalu ambil peduli dengan yang namanya ke-Indonesia-an yang sifatnya simbolis. Sejak sekolah dasar saja, yang namanya ikut upacara bendera masih suka ogah-ogahan, makin ke SMP dan SMA, ya nggak banyak berubah. Hehehe (jangan dicontoh ya adik-adik!
Secara khusus, sebagai warganegara Indonesia, saya jelas-jelas merasa bangga. Terlebih, karena bisa berkontribusi melakukan pengabdian terhadap sesama warga masyarakat di Indonesia, ya, walaupun skalanya masih kuliah kerja praktik. Tetapi hal itu sangat mengesankan bagi saya, di mana dengan diutusnya saya ke Kalimantan pada tahun 2013 lalu, semakin membuka mata saya bahwa Indonesia secara sumber daya alam, dan luas wilayah, tiada dapat dibandingkan dengan negara mana pun, sungguh dapatlah dikatakan sebagai sebongkah surga di dunia. Walaupun mungkin, di sana sini, masih saya temui, masyarakat yang masih kurang mendapatkan perhatian. Dan dengan kuliah kerja praktik tersebut, saya bersyukur karena dapat mengabdi pada Indonesia, dengan membagi pengetahuan aplikatif ilmu gizi kepada masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesadaran akan pentingnya kecintaan terhadap tanah air menjadi modal tetap bertahannya Indonesia. Jika diibaratkan dengan seseorang, Indonesia adalah manusia seperti kita yang tengah tumbuh berkembang, perlu banyak asupan zat gizi pembangun dan penguat fungsi-fungsinya, dan juga support psikologis dan relijinya dan itu memang nggak lepas dari peranan pengetahuan yang harus terus kita tambah terus. Agar tumbuh menjadi Indonesia yang kamil. Maka itu setiap kita memiliki peranannya masing-masing. Nggak ada istilah hanya 'saya' ataupun 'kamu' yang wajib sekaligus berhak. Besar maupun kecil, semuanya berkontribusi terhadap keberadaan Indonesia. Dan memang, sudah seharusnya, loyalitas menjadi sikap yang utama, soal siapakah yang memerintah, kita bisa menilai atas dasar barometer loyalitas itu sendiri. (Duh, kok kayak kampanye ya?! Hehehe, nggak apa-apalah, kecintaan akan Indonesia tidak dapat lepas pula dengan yang namanya pendidikan politik dan keikutsertaannya)
Terus? Yang jelas, menjelang tanggal 9 Juli, saya yang mendapatkan surat undangan memilih, merasakan semakin kuatnya hubungan saya dengan Indonesia, walaupun kali ini saya terpaksa memilih di Bogor, karena kalau ke Garut sebagai daerah asal, saya tidak sempat, mengingat tengah menjalani target penelitian. Hari yang dinanti itu, khususnya bagi mereka yang menggunakan hak pilihnya, tentu saja menjadi bentuk kecintaan, dan kebanggaan sebagai warganegara karena dapat berpartisipasi. Lebih dari itu, tentu saja, di Indonesialah, saya tumbuh dan berkembang, dan merasakan apa yang dinamakan kebebasan kreatif. Termasuk dalam hal kreatifitas kepenulisan, walaupun masih dalam bentuk nge-blog seperti ini. []
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Aku dan Indonesia
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan :Aku Dan Indonesia di BlogCamp
BalasHapusDicatat sebagai peserta
Salam hangat dari Surabaya
Semoga kita semakin nasionalis ya Mas :)
BalasHapus