Proud of

Proud of

Minggu, 15 Juni 2014

Tuberkulosis dan Beban Ekonomi yang Dihasilkannya

"Mencegah itu lebih baik daripada mengobati!" Tak ada yang meragukan hal itu, saya percaya kita semua yakin bahwa biaya untuk sehat itu lebih murah sedangkan kalau sudah sakit akan lebih mahal. Jadi, sehat pangkal hemat, dan hemat pangkal kaya. Apalagi di tengah masih banyaknya ancaman penyakit yang diakibatkan oleh bakteri maupun virus, seperti penyakit Tuberkulosis, yang sampai saat ini masih tergolong penyakit yang mematikan. Di mana negara kita Indonesia menempati posisi keempat dunia dalam jumlah kasus penderita Tuberkulosis. Hal itu jelas sangat memperihatikan. Maka, bagi kita yang masih sehat, terus berupaya menjaga kesehatan dan melaksanakan aneka anjuran kesehatan untuk mencegah aneka penyakit yang mematikan sangatlah penting.

Dengan gaya hidup sehat, yang mana diet sehat itu bukan berarti mengkonsumsi yang mahal-mahal, tetapi yang berzat gizi seimbang, dan proses pengolahannya tepat dan memperhatikan kebersihan adalah satu langkah mencegah diri terserang penyakit,. Tidak hanya itu, lingkungan yang bersih juga menjadikan tubuh kita sehat, sebab tidak jarang kualitas lingkungan yang buruk dapat membuat penyebaran suatu penyakit lebih mudah. Hal itu misalnya terjadi kalau banyak yang buang sampah sembarangan, atau membakar sampah, hutan, dan juga asap kendaraan bermotor pun asap rokok, yang mana kesemuanya itu dapat memudahkan suatu penyakit menyerang kita. Untuk itu langkah pencegahan harus terus dilakukan agar kita bebas dari aneka penyakit. Dan utamanya, agar kita terbebas juga dari dampak yang harus dipikul kalau kita sampai sakit.

Ya, seorang yang sakit TB misalnya, otomatis memerlukan biaya yang tidak sedikit, untung saja saat ini obat TB sudah gratis. Tapi, upaya terapi gizi agar tubuh lebih dapat bertahan dan cepat sembuh juga butuh biaya yang lebih besar dibandingkan biaya diet saat masih sehat. Jika sang penderita adalah seorang ayah, tentu itu akan lebih terasa sekali beban ekonomi yang harus dipikul oleh suatu keluarga yang di dalamnya ada penderita TB. Beban terburuk jika sampai tidak ada upaya yang maksimal bisa semakin memburuk, dan berujung kepada kematian, di usia yang seharusnya masih aktif bekerja dan berkarya. Tentu saja kita tidak berharap seperti itu, maka dari itu mencegah adalah lebih baik daripada mengobati.

Dalam kasus TB yang menjadi salah satu penyakit pembunuh tertinggi di Indonesia, kita harus lebih berperan aktif melakukan pencegahan. Mengingat sekitar lingkungan adalah kita juga. Maka jika ada tetangga yang terkena TB, harus diupayakan untuk melakukan pengobatan dan terapi ke pusat kesehatan masyarakat, dan sangat mulia bila melakukan upaya edukasi bahwa jika kita membiarkan diri kita hidup tidak sehat, maka penyakit akan mudah hinggap, dan ujung-ujungnya, banyak hal buruk yang akan menimbah. Belum lagu dalam situasi perekonomian saat ini yang masih sangat rentan. Manajemen perencanaan kesehatan dengan keuangan yang ada memang harus diupayakan secara maksimal lebih kepada investasi gizi dan kebersihan. Itu adalah dua hal yang dapat menghindari beban terserang penyakit, sehingga terbebas dari beban yang akan dihasilkannya. 

Mengingat sumber daya manusia yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang sehat dan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan suatu bangsa, di mana kalau rakyatnya sehat, maka pemerintah tidak harus mengeluarkan biaya yang besar bagi pengobatan suatu penyakit, dan dapat dialihkan ke hal-hal yang lebih tepat guna, misalnya upaya penyehatan warganya dengan perencanaan pangan dan gizi yang terjangkau namun bermutu tinggi. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas itu dibutuhkan peran serta berbagai lapisan masyarakat, tidak hanya pemerintah. Pihak swasta pun sebenarnya dapat berperan serta dalam program pencegahan dan penyembuhan Tuberkulosis dengan CSR-nya mereka. Sehingga tidak ada lagi yang harus berhenti beraktivitas karena TB, dan semuanya akan semakin produktif karena sehat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar