Proud of

Proud of

Sabtu, 10 Mei 2014

Patuhi Terapi, Hindarkan Diri dari Multidrug-Resistant Tuberculosis (MDR TB)

Tuberkulosis, yang umumnya dikenal dengan istilah TB, memang termasuk penyakit yang menular, yang diakibatkan oleh infeksi bakteri. TB biasanya mempengarungi fungsi paru-paru, dan bila dibiarkan dapat mempengarungi fungsi organ tubuh lainnya dalam tubuh. Meski begitu, penderita TB bisa sembuh, dengan mengikuti aturan pengobatan yang terstandar serta gratis. Walaupun memang butuh waktu yang tidak sedikit, bisa sampai berbulan-bulan tapi kalau sungguh-sungguh akan sembuh. Namun jika setengah hati dalam pengobatannya (ini bisa karena faktor yang datang dari pasien pun dari petugas kesehatannya!) malah akan jadi fatal akibatnya! Dan akan makan waktu lebih lama lagi dalam proses terapinya!

Kefatalan apakah yang dapat terjadi? Dalam dunia medis hal itu dikenal dengan istilah MDR TB atau multidrug-resistant tuberculosis. Menurut Nastional Institute of Allergy and Infectious Diseases, MDR TB adalah bentuk TB yang resistan terhadap obat di mana bakteri tidak lagi dapat dibunuh dengan mudah oleh setidaknya dua jenis antibiotik yang biasanya mujarab menyembuhkan TB, yakni isoniazid (INH) dan rifampin (RIF), akibatnya MDR TB menjadi satu bentuk penyakit yang lebih sulit dalam mengobatinya karena memiliki kekebalan yang lebih, hingga membutuhkan waktu hingga 2 tahun pengobatan multidrug.

Dalam laporan WHO (2013) secara global Indonesia menempati posisi ke-8 dari 27 negara dengan beban terbanyak MDR TB. Hal itu tentu sangatlah mengkhawatirkan dan sangat disayangkan dan harus menjadi perhatian bersama kita untuk memutus mata rantainya, agar pasien TB sembuh dan tidak lantas jadi pasien MDR TB, sebab kasus baru TB yang disebabkan kontak dengan pasien MDR TB akan berisiko pula terkena MDR TB. Untuk itulah, kita kiranya perlu tahu mengapa MDR TB dapat terjadi? Menurut laman situs TBIndonesia.or.id, penyebab terjadinya resistan terhadap obat di antaranya dikarenakan oleh pemberian obat yang tidak tepat yakni pasien tidak menyelesaikan pengobatan yang diberikan, petugas kesehatan yang keliru dalam memberikan paduan, dosis, lama pengobatan dan kualitas obat, termasuk juga kendala ketersediaan obat, tidak jarang distribusi obat yang lambat membuat pasien yang sebenarnya ingin bersungguh sembuh harus dihantui MDR TB

Maka itu semua pihak memang bertanggungjawab, mulai dari pasien yang harus sungguh-sungguh mengikuti terapi, jangan sampai terlewat jadwal minum obatnya, petugas kesehatan pun haruslah mereka yang terlatih dan dapat melatih orang di sekitar yang dekat dengan pasien agar menjadi seseorang yang selalu mengingatkan minum obat pada pasien dan memberi semangat, dan tentu tidak lupa pada pemerintah yang harus siap siaga dalam menyediakan obat termasuk dalam hal pendistribusiannya ke pusat-pusat layanan kesehatan di seluruh Indonesia ini.


MDR TB memang dapat disembuhkan, dengan mengikuti terapi OAT lini kedua. Namun begitu, pencegahan agar tidak semakin banyak yang terkena MDR TB justru harus lebih digalakan. Adapan langkah yang dapat diambil dan menjadi kunci pencegah agar terhindar dari MDR TB ialah harus selalu dipantau yang namanya ketuntasan dan kepatuhan dalam menjalani terapi obat terstandar. Karena memang, kebanyakan MDR TB terjadi karena kekurang patuhan dalam pengobatan TB. Selain itu, deteksi awal MDR TB dan memulai terapi sedini mungkin juga menjadi kunci keberhasilan dari terapi, termasuk penyebaran kasus baru MDR TB. Mari, bebaskan Indonesia dari TB! Maupun MDR TB!



2 komentar: