Proud of

Proud of

Kamis, 22 Mei 2014

Nilai Indeks Glikemik Crakers dan Roti Gandum



PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang kini menjadi perhatian khusus bagi masyarakat dunia. Hal ini karena prevalensi atau kejadian DM (Diabetes Melitus) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut survei yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan di atasnya adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah penderita DM akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta).
Diabetes Melitus menjadi penyakit yang tidak dapat sembuh total dan berhubungan erat dengan gaya hidup masyarakat modern. Namun, penderita DM tetap dapat hidup nyaman bila dapat mengatur pola makan dan memilih jenis pangan yang tepat (Widowati 2007). Perlunya jenis makanan yang tepat terutama dari jenis pangan sumber karbohidrat ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti untuk mengembangkan penelitian terkait indeks glikemik (IG). Konsep indeks glikemik (IG) merupakan pendekatan yang etaboli baru untuk memilih pangan yang baik, khususnya pangan berkarbohidrat. Konsep ini berguna untuk membina kesehatan, mencegah obesitas, memilih pangan untuk berolahraga, dan untuk mengurangi resiko penyakit etabolisme. Konsep IG menekankan pada pentingnya mengenal pangan (karbohidrat) berdasarkan kecepatannya menaikkan kadar glukosa darah dengan cepat, dan sebaliknya (Rimbawan dan Siagian 2004).
Indeks glikemik (IG) adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap gula darah. Pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan cepat memiliki IG tinggi. Sebaliknya, pangan yang menaikkan kadar gula darah dengan lambat memiliki IG rendah. Indeks glikemik bahan pangan dipengaruhi oleh kadar amilosa, protein, lemak, serat, dan daya cerna pati. Daya cerna pati merupakan kemampuan pati untuk dapat dicerna dan diserap dalam tubuh. Karbohidrat yang lambat diserap menghasilkan kadar glukosa darah yang rendah dan berpotensi mengendalikan kadar glukosa darah (Rimbawan dan Siagian 2004).
Skor indeks glikemik pangan dibagi dalam tiga kelompok yaitu pangan ber-IG rendah yaitu IG<55, IG sedang yaitu IG 55-70, dan pangan IG tinggi yaitu IG>70 (Miller 1997). Pengenalan karbohidrat berdasarkan efeknya terhadap kadar gula darah dan respons insulin dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah dan jenis pangan sumber karbohidrat yang tepat untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan. Informasi IG bermanfaat bagi semua individu. Oleh karena itu, praktikum mengenai pengukuran indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan ini sangat penting untuk dipelajari.
Tujuan
Praktikum pengukuran indeks glikemik ini bertujuan untuk mengukur indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan yang diuji yaitu roti gandum dan crackers.



TINJAUAN PUSTAKA
Indeks Glikemik
Indeks glikemik merupakan respon kadar gula darah setelah makan (postpropandial) (Jenkins 2007; Jenkins et. al. 1982). Skala indeks glikemik (IG) dikembangkan untuk membantu mengatur kadar glukosa penderita diabetes (Jenkins et. al. 2002). IG merupakan respon glikemik ketika memakan sejumlah karbohidrat dalam pangan dan dengan demikian merupakan indikator tidak langsung dari respon insulin tubuh (Buyken et. al. 2006) (Natalia 2010).
Menurut miller (1997) dalam Rimbawan & Siagiaan (2004) berdasarkan respon glikemiknya, pangan dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu pangan ber-IG rendah (IG<55), pangan ber IG sedang (IG 55-70), dan pangan ber IG tinggi (IG>70). Indeks glikemik juga dapat didefinisikan sebagai rasio antara luas kurva respon glukosa makanan yang mengandung karbohidrat total setara dengan 50 gram gula terhadap luas kurva respon glukosa setelah makan 50 gram glukosa, pada hari yang berbeda dan pada orang yang sama.
. Tabel 1 Nilai indeks glikemik serealia
Produk
Nilai Indeks Glikemik
Golongan Indeks Glikemik
Roti putih
71
Tinggi
Roti gandum utuh
Crackers
Gandum
71
77 ± 4
30
Tinggi
Tinggi
Rendah
Sumber: Regina (2012) dan Powel et al (2002).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik
Menurut Rimbawan dan Siagian (2004) nilai IG suatu makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu proses pengolahan, kadar serat pangan, kadar amilosa dan amilopektin, serta kadar lemak dan protein. Proses pengolahan mempengaruhi IG karena proses pengolahan akan mempengaruhi daya cerna dan daya serap suatu bahan pangan. Semakin tingginya daya cerna dan daya serap suatu makanan maka semakin cepat menaikkan kadar gula darah, sehingga semakin tinggi pula nilai IG makanan tersebut. Proses pengolahan yang dapat mempengaruhi IG diantaranya adalah mengecilnya ukuran (penepungan) dan pemasakan. Penepungan menyebabkan ukuran partikel suatu makanan menjadi lebih kecil dan memperbesar luas permukan yang dapat bersentuhan dengan, sehingga semakin cepat pencernaan dan penyerapan karbohidrat. Pemasakan mempengaruhi IG karena proses pemasakan akan menggelatinisasi pati sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim dalam usus, sehingga dapat mempercepat kenaikan kadar gula darah.
Perhitungan Indeks Glikemik
Perhitungan indeks glikemik dilakukan dengan menggunakan pangan acuan dan pangan standar, dimana membandingkan luasan kurva kadar gula darah terhadap waktu sampel dengan standar yaitu glukosa. Glukosa digunakan sebagai standar karena glukosa merupakan karbohidrat yang diserap oleh tubuh. Jumlah glukosa yang harus dikonsumsi yaitu 50 gram. Terlebih dahulu panelis dipuasakan sebelum diambil darahnya bertujuan untuk membiarkan kadar gula darah normal kembali sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat lainnya (Marsono 2002).
Masih belum ada kesepakatan tentang metode terbaik untuk menghitung luas di bawah kurva respon glukosa darah (AUC). Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan untuk menentukan AUC, tetapi FAO/WHO (1998) menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan melibatkan perhitungan geometris dengan menerapkan aturan etabolis (trapezoid) (FAO/WHO 1998).
Uji Kadar Glikemik
Uji Indeks Glikemik (Miller et. al. 1996; El 1999)
Setiap porsi penyajian produk olahan snack yang akan ditentukan IG-nya mengandung 50 g karbohidrat. Produk tersebut diberikan kepada relawan yang telah menjalani puasa penuh (kecuali air) selama semalam (sekitar pukul 22.00 sampai pukul 08.00 keesokan harinya). Perlakuan puasa ini bertujuan untuk membiarkan kadar gula darah normal kembali sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat lainnya (Marsono 2002). Panelis yang digunakan terdiri atas dua kategori yaitu individu normal (non DM) sebanyak 10 orang, serta 10 individu penderita diabetes (DM) (Natalia 2010).
Sebelum konsumsi sampel, responden normal dan DM diambil contoh darahnya sebanyak 50 Μl sampel darah dari ujung jari (finger-prick capillary blood samples method) dan diukur kadar glukosanya. Hasilnya dinyatakan sebagai kadar glukosa darah puasa (kadar glukosa menit ke-0). Setelah konsumsi produk sebanyak 50 Μl sampel darah diambil kembali dari ujung jari setiap 30 menit untuk diukur kadar glukosanya (pengukuran kadar glukosa menit ke-30, 60, 90,dan 120). Sebagai standar, responden diberikan 50 gram glukosa murni (Natalia 2010).
Kadar glukosa darah (pada waktu setiap pengambilan sampel) diplotkan pada dua sumbu, yaitu sumbu waktu (x) dan sumbu kadar glukosa darah (y). Indeks glikemik ditentukan dengan membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diukur IG-nya dengan pangan acuan (glukosa murni) dikalikan 100 (Miller et al. 2003) (Natalia 2010).
Crackers dan Roti Gandum
Crackers adalah etabol yang dibuat dari adonan keras melalui fermentasi dan memiliki struktur yang berlapis-lapis. Crackers  mempunyai nilai IG sebesar 77 ± 4 (Powel et al (2002). Roti gandum adalah sumber karbohidrat sehat yang terbuat dari biji gandum. Tidak seperti roti putih, roti gandum mengandung nutrisi dari biji-bijian yang bisa mencegah penyakit jantung dan meningkatkan etabolism tubuh. Nilai indeks glikemik roti gandum adalah sebesar 71 dan termasuk dalam golongan IG tinggi (Regina 2012).
Roti Tawar
Roti tawar adalah roti yang dibuat dari adonan dengan sedikit gula atau bahkan tidak sama sekali. Biasanya penggunaan gula pada pembuatan roti tawar hanya digunakan dalam perceoatan proses fermentasi (Mudjajanto 2007).
Gula meja (sukrosa) memiliki IG hanya 65, ini karena disakarida terdiri dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Fruktosa diserap dan masuk ke dalam hati dan secara lambat diubah menajdi glokusa, oleh karenanya respon gula darah pada fruktosa sangat kecil (IG 23). Artinya dengan mengkonsumsi sukrosa, kita hanya mengonsumsi setengah glokusa. Hal ini menjelaskan mengapa respon gula darah dari 50 g sukrosa sama dengan 50 g tepung yang tergelatinasasi (semua molekul terdiri dari glukosa). Jadi, sebagian besar makanan yang mengandung gula sederhana tidak meningkatkan nilai kadar gua darah lebih besar dari makanan yang sebagian besar mengandung tepung kompleks (karbohidrat kompleks) seperti roti tawar (Rosilanti 2008).




METODOLOGI
Waktu dan Tempat
            Praktikum pengukuran dan pengolahan data hasil pengukuran indeks glikemik ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21 Februari 2013 dan 28 Februari 2013, pada pukul 10.00-13.00 WIB. Praktikum pengukuran dan pengolahan data hasil pengukuran indeks glikemik ini bertempat di Laboratorium Evaluasi Nilai Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran indeks glikemik yaitu Glukometer One Touch Glucose Blood System. Sedangkan bahan yang digunakan untuk pengambilan darah antara lain strip analisis glukosa, lancet, kapas swab, dan sampel darah. Bahan pangan yang digunakan antara lain bahan pangan uji, yaitu craker dan roti gandum. Bahan pangan standar yang digunakan, yaitu roti tawar. Sedangkan pengolahan data hasil pengukuran indeks glikemik dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excell for Windows 2007.
Prosedur Kerja
            Prosedur pengukuran indeks glikemik dilakukan berdasarkan prosedur pengukuran OGTT (Oral Glucose Tolerance) yang dirujuk dari standar WHO. Pengukuran indeks glikemik tersebut dilakukan dalam berbagai tahap sebagai berikut :
1.    Persiapan sebelum pengambilan darah:
Suhu ruangan sejuk (maksimal 200C) untuk menjaga kestabilan plasma darah yang akan diuji pada alat uji glukometer.
Subjek dalam kondisi rileks selama 5 menit sebelum pengambilan darah
Subjek disarankan untuk menggunakan jari tangan tengah atau jari tangan yang menurut subjek tidak terasa dingin. Hal ini untuk menghindari terjadinya hematoma
Subjek disarankan untuk memposisikan lengan tangan rileks menggelantung ke samping selama beberapa saat untuk melancarkan aliran darah
Lancet yang digunakan hanya sekali pakai untuk satu kali pengambilan darah (disposable)
Bagan 1 Posedur persiapan sebelum pengambilan darah
2.    Tahapan saat pengambilan darah:
Subjek diambil darahnya sebelum mendapat perlakuan intervensi untuk mengetahui glukosa plasma darah menit ke-0
Subjek diberi intervensi sesuai pangan yang telah ditentukan dan dihabiskan dalam waktu 10 menit
Selama 150 setelah pemberian perlakuan, sampel darah 2 µl diambil berturut-turut pada menit ke 15,30,45,60,90,120
dengan menggunakan finger-prick capillary blood samples method.
Strip glukosa dibuka dari kemasan
Strip glukosa dipasangkan pada glukometer
Lancet sekali pakai dipasangkan pada pen lancet
Lancet ditusukkan secara otomatis ke jari subjek
Tetesan darah ditempatkan pada sensor yang terdapat pada strip glukometer
Hasil pengukuran dapat terbaca pada layar glukometer dalam hitungan 30 detik
Bagan 2 Tahapan saat pengambilan darah
3.    Perlakuan pangan yang diujikan
Pangan yang akan dikonsumsi subjek setara 50 gram karbohidrat
Pangan yang akan ditentukan IG-nya (craker dan roti gandum) diberikan kepada subjek yang telah menjalani puasa penuh (over night fasting). Minimal 10 jam sebelum praktikum dilaksanakan.
Setiap satu jenis bahan pangan yang akan diujikan diperlukan 6 subjek.
Bagan 3 Perlakuan pangan yang akan diujikan
Pengolahan data hasil pengukuran indeks glikemik dilakukan dalam berbagai tahap sebagai berikut:
Data dimasukkan ke program Microsoft Excell for Windows 2007.
Entry data kadar glukosa darah subjek pada kolom yang tersedia di active sheet Microsoft Excell berdasarkan pangan yang diujikan
Tabel perbandingan dibuat dari data yang ada sesuai waktu pengambilan sampel
Data kadar glukosa darah subjek yang ada ditebarkan dalam 2 sumbu, yaitu x (waktu) dan y (kadar glukosa darah) menggunakan pilihan Chart pada menu insert
Tahap pertama yaitu Chart type, klik Line, lalu next.
Tahap kedua yaitu Chart Source Data, menampilkan data range dan series, klik next.
Tahap ketiga yaitu Chart Option. Ketik waktu pada pilihan category (x) dan kadar glukosa darah pada pilihan value (y), lalu next.
Tahap keempat yaitu Chart Location, klik finish.
Perhitungan luas area di bawah kurva akan digunakan 3 cara, yaitu polynomial, trapezoid, dan luas bangun
Bagan 4 Pengolahan data hasil pengukuran indeks glikemik





HASIL DAN PEMBAHASAN
Indeks glikemik merupakan respon kadar gula darah setelah makan (postpropandial) (Jenkins 2007; Jenkins et. al. 1982). Skala indeks glikemik (IG) dikembangkan untuk membantu mengatur kadar glukosa penderita diabetes (Jenkins et. al. 2002). IG merupakan respon glikemik ketika memakan sejumlah karbohidrat dalam pangan dan dengan demikian merupakan indikator tidak langsung dari respon insulin tubuh (Buyken et. al. 2006) (Natalia 2010).
Karbohidrat dalam pangan yang dipecah dengan cepat selama pencernaan memiliki indeks glikemik tinggi. Respon gula darah terhadap jenis pangan (karbohidrat) ini cepat dan tinggi. Sebaliknya karbohidrat yang dipecah dengan lambat memiliki indeks glikemik rendah sehingga melepaskan glukosa kedalam darah. Indeks glikemik murni ditetapkan 100 dan digunakan sebagai acuan untuk penentuan IG pangan lain (Rimbawan & Siagan 2004).
Praktikum kali ini setiap porsi penyajian produk olahan snack yang akan ditentukan IG-nya mengandung 25 g karbohidrat. Produk tersebut diberikan kepada relawan yang telah menjalani puasa penuh (kecuali air) selama semalam. Perlakuan puasa ini bertujuan untuk membiarkan kadar gula darah normal kembali sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat lainnya (Marsono 2002). Panelis yang digunakan yaitu individu normal (non DM) sebanyak 3 orang. Bahan sampel yang diujikan adalah roti putih tawar (standar), roti gandum whole wheat bread, dan creackers.
Responden yang diuji diukur berat badan dan tinggi badan. Setelah semua perlakuan dijalani maka pengambilan darah dilakukan pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120. Pengambilan darah menggunakan lancet. Lancet yang digunakan hanya sekali pakai untuk satu kali pengambilan darah (disposable). Sebelum pengambilan darah responden disarankan dalam keadaan rileks selama 5 menit, menggunakan jari tengah atau jari tangan yang menurut resonden tidak terasa dingin. Hal ini menghindari terjadinya hematoma. Hematoma adalah penampakan biru/ keunguan pada kulit yang dapat terjadi karena benturan atau sebab lain. Di balik kulit yang membiru itu, terdapat pembuluh darah yang pecah dan darahnya keluar serta kemudian membeku (menjendal) di luar pembuluh darah itu. Saran selanjutnya adalah memposisikan lengan tangan rileks menggelantung ke samping selama beberapa saat untuk melancarkan aliran darah. Sampel darah yang diambil adalah sebanyak 2 µl. Kemudian hasil pengukuran dibaca dengan glukometer.
Kadar glukosa darah (setiap waktu sampling) diplot pada dua sumbu, yaitu sumbu waktu (X) dan sumbu kadar glukosa darah (Y). IG ditentukan dengan membandingkan luas daerah di bawah kurva antara pangan yang diuji IG-nya dengan pangan acuan dikalikan 100 (Miler et al 1996 dalam Natalia 2010).
Praktikum kali ini dilakukan penetapan indeks glikemik glukosa dengan bahan pangan dari roti gandum, roti tawar dan cracker. Dengan roti tawar sebagai bahan pangan uji standar, sedangkan roti gandum dan crackers sebagai bahan pangan uji. Roti gandum adalah sumber karbohidrat sehat yang terbuat dari biji gandum.Berikut adalah hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah mengonsumsi roti gandum.
Tabel 2 Kadar indeks glikemik bahan uji bahan roti gandum
Bahan
Metode
Kelas I
Kelas II
Gandum
Polynom
118,975
168,94

Trapezoid
92,47
83,04

Luas bangun
163,67
132

Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui hasil perhitungan nilai indeks glikemik pangan roti gandum pada kelas I berbeda-beda. Perhitungan pada kelas I dengan polynom memiliki nilai IG sebesar 118,975. Kemudian perhitungan dengan menggunakan trapezoid memiliki nilai IG terendah yaitu sebesar 92,47 dan perhitungan dengan menggunakan luas bangun memiliki nilai IG tertinggi yaitu sebesar 163,67. Pengambilan perhitungan diambil pada tingkat perhitungan yang paling rendah. Hal ini karena nilai IG maksimal adalah 100 (glukosa murni). Maka nilai IG pada roti gandum adalah sebesar 92,47 dengan perhitungan trapezoid. Hal ini sejalan dengan FAO/WHO (1998) menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan melibatkan perhitungan geometris dengan menerapkan aturan etabolis (trapezoid) (FAO/WHO 1998). Kategori pangan menurut indeks glikemik (IG) dengan glukosa murni sebagai standar yaitu IG tinggi bila IG > 70 (Rimbawan & Siagian 2004). Berdasarkan golongan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa roti gandum termasuk pada golongan IG yang tinggi.
Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa hasil perhitungan nilai indeks glikemik pangan roti gandum pada kelas II berbeda-beda. Hasil perhitungan dengan polynom memiliki nilai IG tertinggi yaitu sebesar 169,94. Kemudian pada perhitungan dengan trapezoid memiliki nilai IG terendah yaitu sebesar 83,04 dan pada perhitungan dengan luas bangun memiliki nilai IG sebesar 132. Pengambilan perhitungan yang diambil pada tingkat perhitungan paling rendah. Hal ini karena nilai IG maksimal adalah 100 (glukosa murni), maka nilai IG pada roti gandum pada kelas II adalah sebesar 83,4 dengan perhitungan trapezoid. Hal ini sejalan dengan FAO/WHO (1998) menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan melibatkan perhitungan geometris dengan menerapkan aturan etabolis (trapezoid) (FAO/WHO 1998). Kategori pangan menurut indeks glikemik (IG) dengan glukosa murni sebagai standar yaitu IG tinggi bila IG > 70 (Rimbawan & Siagian 2004). Berdasarkan golongan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa roti gandum termasuk pada golongan IG yang tinggi.
Sementara itu berdasarkan etabolism, nilai IG pada roti gandum utuh adalah 71 (Regina 2012) dan termasuk dalam kategori nilai IG yang tinggi karena IG >70 (Rimbawan & Siagian 2004).  Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan roti gandum pada kelas I memiliki nilai IG sebesar 92,47 dan hasil perhitungan roti gandum pada kelas II adalah sebesar 83,04. Kedua hasil perhitungan dari kelas I dan II sama-sama termasuk dalam golongan nilai IG yang tinggi. Selisih antara hasil dari etabolism dengan hasil praktikum cukup jauh berbeda tapi hasil yang diperoleh sama-sama dalam golongan nilai IG yang tinggi. Perbedaan pada perhitungan ini dapat disebabkan karena respon pada individual yang berbeda (daya serap makanan), dan atau kesalahan pada perhitungan.
Kemudian jika dibandingkan dengan Indeks glikemik pada gandum murni adalah 30 (Lestari 2009). Hal ini berbeda dengan roti gandum karena menurut Rimbawan dan Siagian (2004) nilai IG suatu makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu proses pengolahan, kadar serat pangan, kadar amilosa dan amilopektin, serta kadar lemak dan protein. Proses pengolahan mempengaruhi IG karena proses pengolahan akan mempengaruhi daya cerna dan daya serap suatu bahan pangan. Semakin tingginya daya cerna dan daya serap suatu makanan maka semakin cepat menaikkan kadar gula darah, sehingga semakin tinggi pula nilai IG makanan tersebut. Proses pengolahan yang dapat mempengaruhi IG diantaranya adalah mengecilnya ukuran (penepungan) dan pemasakan. Penepungan menyebabkan ukuran partikel suatu makanan menjadi lebih kecil dan memperbesar luas permukan yang dapat bersentuhan dengan, sehingga semakin cepat pencernaan dan penyerapan karbohidrat. Pemasakan mempengaruhi IG karena proses pemasakan akan menggelatinisasi pati sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim dalam usus, sehingga dapat mempercepat kenaikan kadar gula darah.
Crackers adalah etabol yang dibuat dari adonan keras melalui fermentasi dan memiliki struktur yang berlapis-lapis. Berikut adalah hasil pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah mengonsumsi crackers.
Tabel 3 Hasil perhitungan pengukuran indeks glikemik
Pangan
Perhitungan
IG Kelas I
IG Kelas II
Crackers
Polynomial
115,059
46,46
Trapezoid
98,26
91,02
Luas bangun
129,59
166,7

Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa hasil perhitungan indeks glikemik pangan berbeda-beda. Perhitungan IG pada kelas I dengan perhitungan polynomial memiliki nilai IG sebesar 115,059. Perhitungan trapezoid memiliki nilai IG yang terendah adalah sebesar 98,26. Kemudian pada perhitungan menggunakan luas ruang bangun memiliki nilai IG yang terbesar adalah sebesar 129,59. Pengambilan perhitungan yang diambil pada tingkat perhitungan paling rendah. Hal ini karena nilai IG maksimal adalah 100 (glukosa murni), maka nilai IG pada crackers pada kelas I adalah sebesar 98,26 dengan perhitungan trapezoid. Hal ini sejalan dengan FAO/WHO (1998) menyatakan bahwa metode yang paling sering digunakan melibatkan perhitungan geometris dengan menerapkan aturan etabolis (trapezoid) (FAO/WHO 1998). Kategori pangan menurut indeks glikemik (IG) dengan glukosa murni sebagai standar yaitu IG tinggi bila IG > 70 (Rimbawan & Siagian 2004). Berdasarkan golongan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa crecker termasuk pada golongan IG yang tinggi.
Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa hasil perhitungan indeks glikemik pada kelas II berbeda-beda. Perhitungan dengan polynomial memiliki nilai IG terendah adalah sebesar 46,46. Kemudian pada perhitungan trapezoid nilai IG yang didapat adalah sebesar 91,02 dan pada perhitungan luas ruang bangun memiliki nilai IG yang terbesar adalah sebesar 166,7. Pengambilan perhitungan yang diambil pada tingkat perhitungan paling rendah. Hal ini karena nilai IG maksimal adalah 100 (glukosa murni), maka nilai IG crackers pada kelas II adalah sebesar 46,46 dengan menggunakan polynomial. Kategori pangan menurut indeks glikemik (IG) dengan glukosa murni sebagai standar yaitu IG rendah jika < 55 (Rimbawan & Siagian 2004). Maka berdasarkan golongan tersebut, creckers di kelas II tergolong dalam pangan IG rendah.
Sementara itu berdasarkan etabolism, nilai IG pada crackers adalah sebesar 77 ± 4 (Powel et al 2002) dan termasuk dalam kategori nilai IG yang tinggi karena IG >70 (Rimbawan & Siagian 2004).  Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan crackers pada kelas I adalah sebesar 98,26 dengan termasuk golongan nilai IG yang tinggi karena pangan ber-IG tinggi jika IG > 70 (Rimbawan & Siagian 2004). Selisih antara hasil praktikum dengan etabolism cukup jauh. Namun, sama-sama termasuk dalam klasfikasi nilai IG yang tinggi. Kemudian jika dibandingkan hasil perhitungan pada kelas II adalah sebesar 46,46 dengan termasuk golongan dalam nilai IG yang rendah karena pangan ber-IG rendah jika IG < 55 (Rimbawan & Siagian 2004). Jika dibandingkan dengan etabolism hasil yang diperoleh sangat jauh berbeda dan golongan nilai IG juga berbeda.
Perbedaan ini berdasarkan etabolism, mungkin disebabkan karena perbedaan daya cerna pati dan interaksi antara pati dan protein dari etabolism tubuh masing-masing responden. Selain itu, jumlah dan jenis lemak, gula, dan serat, kehadiran komponen lain terutama yang mengikat pati, serta bentuk dari makanan yang dikonsumsi masing-masing rsponden diduga turut mempengaruhi (EI 1999). Selain itu, selama pengambilan sampel darah terdapat beberapa responden yang sesekali tidak selalu dalam keadaan duduk (aktivitas ringan). Hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi data hasil pengukuran kadar glukosa darah.


KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Indeks glikemik suatu bahan pangan dapat diperoleh dengan cara membandingkan luasan kurva kadar gula darah terhadap waktu sampel dengan standar yaitu glukosa. Dari hasil percobaan indeks glikemik, roti gandum dan cracker memiliki IG yang berbeda-beda dari masing-masing metode yang digunakan. Sampel roti gandum dengan metode Polynomial menunjukan IG 143.45, metode Trapezoid menunjukan IG 87.75, dan metode Luas bangun menunjukan IG 147.83. Sedangkan sampel crackers dengan metode Polynomial menunjukan IG 80.75, metode Trapezoid menunjukan IG 94.64, dan metode Luas bangun menunjukan IG 148.83.
Saran
            Hasil percobaan yang diperoleh masih banyak kekurangan, sehingga perlu dilakukan perhitungan ulang terhadap indeks glikemik roti gandum dan crackers  untuk memperoleh data yang lebih akurat.  
   
 
DAFTAR PUSTAKA
El SN. 1999. Determination of glycemic index of some breads. Journal of Food Chemistry 67: 67-69.
FAO/WHO. 1998. Carbohydrates in human nutrition: Report of a join FAO/WHO expert consultation. FAO Food and Nutrition Paper 66: 1-140.
Lestari, Oke Andika.2009. Karakterisasi sifat fisiko-kimia dan evaluasi nilai gizi biologis mi jagung kering yang disubstitusi tepung jagung termodifikasi. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, IPB.
Marsono Y, Wiyono P dan Noor Z. 2002. Indeks glisemik kacang-kacangan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 13 (3): 53-55.
Miller JCB, S Hayne, P petozc, S Colagiuri. 2003. low-glykemic index diets in the management of diabetes. A meta-analysis of randomized controlled trials. diabetes care 26 : 2261-2267.
Miller JCB, Powel KF, Colagiuri S. 1997. The GI Factor : The GI Solution Hodder and Stoughton. Australia : Hodder Headine Australia Pty Limited.
Mudjajanto ES, Lilik NY. 2007. Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar Swadaya.
Natalia, Daysi.2010. Sifat fisikokimia dan indeks glikemik berbagai produk snack. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, FATETA, IPB.
Powell KF, Holt SH, Miller JCB. 2002. International Table of Glycemic Index and Glycemic Load Values. The American Journal of Clinical Nutritions, 76: 5-56.
Regina. 2012. Daftar Indeks Glikemik Makanan. http://diabetesmelitus.org (5 Maret 2013)
Rimbawan, Siagian. 2004. Indeks Glikemik Pangan Cara Mudah Memilih Pangan yang Menyehatkan. Jakarta : Penerbit Swadaya
Rosilanti. 2008. Menu Sehat untuk Pengidap Diabetes Mellitus. Jakarta: Kawan Pustaka
Truswell AS. 1992. Glycemic Index of Food. Eur. J. Clin Nutr. 46 (2): 91-101.
WHO.  2000. Pencegahan Diabetes Mellitus (Laporan Kelompok Studi WHO), alih
            bahasa dr. Arisman. Cetakan I. Jakarta :Penerbit Hipokrates.
Widowati S. 2007. Sehat dengan Pangan Indeks Glikemik Rendah. Balai   Besar   Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor.
Widowati S. 2007. Pemanfaatan Ekstrak The Hijau dalam Pengembangan Beras Fungsional untuk Penderita Diabetes Mellitus. Tesis. Bogor: Pascasajana.


LAMPIRAN
Tabel 4 hasil perhitungan indeks glikemik
Percobaan
Metode
Pangan uji
Craker
Roti Gandum
1
Polynomial
115,059
118,975
Trapezoid
98,26
92,47
Luas bangun
129,59
163,68
2
Polynomial
46,46
168,94
Trapezoid
91,02
83,04
Luas bangun
132
166,7

Rumus perhitungan :
Rumus perhitungan berat sampel yang akan dikonsumsi (W)
W =  x 100 gram
Rumus perhitungan berat sampel pangan kemasan (W)
W =  x serving size
Rumus perhitungan nilai indeks glikemik
Nilai IG =  x 100
 
Gambar 4 Kurva perhitungan polynomial
Luas kurva diatas yaitu:
Luas =
        =-  0I120
        = 1915313.16

 
Gambar 5 Kurva perhitungan trapezoid method

 
Gambar 6 Kurva perhitungan luas bangun

Pembagian Tugas :
Aris Sulfiana                            I14100003       (Metodologi dan Lampiran)
Yoga Hendriyanto                   I14100099       (Pembahasan dan Tinpus)
 Imelda Saputri                        I14100124       (Pembahasan dan Tinpus)
Taufiq Firdaus A.                    I14100140       (Editor dan Kesimpulan)
Yusi Ariska                              I14100153       (Cover dan Pendahuluan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar