Etiologi Diare Akut
Diare
adalah keadaan terjadinya buang air besar (BAB) lebih dari tiga kali dalam
sehari dengan konsistensi encer. Diare digolongkan sebagai diare akut dan diare kronis
berdasarkan lamanya terjadi diare. Bila diare terjadi selama kurang dari 2
minggu, maka digolongkan sebagai diare akut, dan bila lebih maka bersifat
kronis (Hakim 2006).
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi atau
keracunan makanan. Selain itu gejala diare akut juga bisa didapatkan pada
kelainan usus lain (khususnya kolitis pseudomembranosa). Diagnosis bandingnya
adalah (Davey 2005):
a. Penyebab pada kasus yang umum terjadi diantaranya adalah
keracunan makanan, kolitis, toksin Clostridium
difficile, dan kanker kolon.
b. Penyebab pada kasus yang jarang terjadi diantaranya adalah
kolitis iksemik, perubahan divertikular, serta kelainan endokrin (misalnya
hipertiroidisme).
Patofisiologi Diare Akut
Diare akut inflamasi/eksudatif terjadi akibat
gangguan integritas lapisan mukosa akibat infeksi virus, peradangan-penyakit
Crohn, vaskulitis dan iksemia. Pada diare akut osmotik terjadi kegagalan
absorbsi cairan osmotik pada lumen usus akibat defisiensi disakaridase,
defisiensi laktase, pankreasitis, inhibisi absorbsi air, induksi anion
laksatif, malabsorbsi garam empedu, serta pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
Pada diare akut sekretorik terjadi stimulasi oleh mediator abnormal, serta
penyakit mukosa difus dengan absorbsi kurang dari sekresi (misalnya kolitis).
Pada diare akut dismotilitas, fungsional endokrin meningkatkan hormon T4 serta
terjadi neuropati otonom (Davey 2005).
Tanda dan Gejala Diare Akut
Sebagian besar diare
akut terjadi selama <48 – 72 jam. Ditandai dengan peningkatan frekuensi
buang air besar dan atau peningkatan kandungan cairan dalam feses sehingga
memengaruhi konsistensi dan volume feses yang dikeluarkan. Produksi feses >
200 g/ hari untuk orang dewasa dan > 20 g/ hari untuk anak – anak (Nelms et al 2010).
Gambaran Laboratorik
Pemeriksaan pasien akut menurut Davey (2005) ialah sebagai
berikut:
·
Status
hidrasi: pasien bisa datang dalam keadaan kurang cairan, disertai takikardia
dan hipotensi postural sehingga membutuhkan cairan salin intravena.
·
Pada
umumnya demam merupakan tanda penyakit infeksi, namun bisa juga didapatkan pada
pasien kolitis berat. Penanda penyakit kronis bisa ditemukan pada penyakit
inflamasi usus kronis.
·
Tes
darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan dugaan
adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan tingkat
keparahan penyakit namun tidak spesifik.
·
Kultur
tinja dapat mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C difficile ditemukan 5% pada orang sehat; oleh karenanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan
berdasarkan adanya gejala saja.
·
Foto
polos abdomen: dapat menunjukkan gambaran kolitis akut.
Pengobatan dan Perawatan
Menurut Davey (2005), pengobatan pada pasien diare akut dapat
dilakukan dengan cara:
·
Rehidrasi:
langkah penatalaksanaan adalah mengistirahatkan usus dan memberi larutan rehidrasi
secara parenteral untuk menormalkan
kembali kadar caira, elektrolit, dan keseimbangan asam – basa.
·
Bila
terjadi kurang gizi dapat diberikan diet energi lebih tinggi 25% dari kebutuhan
normalnya dan dengan diet tinggi protein. Namun dengan syarat bumbu dari
makanan tersebut tidak merangsang (bumbu tajam dan makanan yang dapat menimbulkan gas perlu
dihindari) serta rendah serat.
·
Obat
1.
Antibiotik
atau steroid bisa diberikan jika pada pemeriksaan penunjang ditemukan patogen
spesifik atau bukti adanya penyakit inflamasi usus.
2.
Metronidazol
atau vankomisin dipakai pada kolitis pseudomembranosa.
Daftar Pustaka
Davey P. 2005. At a
Glance Medicine. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Hakim L P.hD. 2006. Cerdas
Mengenali Obat dan Penyakit. Clayton: B-First.
Nelms et al. 2010. Nutrition Therapy and Pathophysiology.
USA: WADSWORTH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar