Proud of

Proud of

Sabtu, 01 Februari 2014

Gula Aren yang Makin Keren: Bijaklah Memakai Pemanis!

The doctor of the future will no longer treat the human frame with drugs, but rather will cure and prevent disease with nutrition.

MANIS, adalah satu rasa yang banyak digemari makhluk bernama manusia, terkhusus bagi anak-anak, aku sendiri menyukai rasa manis selain rasa pedas tentunya. Hehehe Tetapi kemudian, ternyata ada yang memang karena takut gemuk dan memang ada gejala diabetes harus mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi pemanis alami termasuk bahan pangan yang ada unsur gulanya. Akibatnya produk pemanis pengganti gula kini cukup gencar diiklankan di media massa dan tersedia banyak di pasaran, tidak hanya dalam bentuk pemanisnya, hampir semua produk olahan yang ada di pasaran itu kini malah cenderungnya memakai gula pengganti itu #prihatin. Walau semuanya menjanjikan hal yang sama: rasa manis yang tak mempengaruhi kadar gula darah dan tidak memasok kalori berlebih. Padahal, sesuatu yang alami itu dasarnya tidak mungkin membahayakan tubuh kita, walaupun adalah fakta bahwa memang ada yang disebut dengan istilah kelebihan (zat) gizi. Itu pun tidak baik, sebab sama bahaya dengan kurang gizi. Di sini, memang sudah waktunya kita berpikir bijak, dalam memakai pemanis, baik yang alami ataupun (atas petunjuk dokternya) bagi mereka yang harus menggunakan produk pemanis buatan tetap harus sesuai aturan. Keseimbanga gizi adalah yang utama di sini, tidak hanya soal kesukaan atas suatu rasa tertentu. Bukan begitu?

Mengacu kepada apa yang dikatakan oleh Thomas A. Edison di atas, kiranya memang sudah saatnya bagi kita khususnya yang memang pada aktualnya nggak ngebutuhin atau nggak lagi dianjurin untuk mengganti pemanisnya, agar tetap memakai pemanis alami sehat saja, seperti gula semut atau gula aren. Di mana menurut Yully Indyastuti (2010), meskipun tidak sepopuler gula tebu, gula aren memiliki lebih banyak keunggulan dari segi kandungan gizi. Ini berarti gula aren termasuk ke dalam pemanis sehat. Pada masa dahulu, kala gula belum menjadi suatu komoditi industri, masyarakat memang secara otomatis menjadikan nira dari pohon aren itu sebagai gula secara sendiri-sendiri untuk ditambahkan pada makanan ataupun minuman. Seiring perkembangan zaman, semuanya memang berubah. Dan apa yang dulu tidak berarti menjadi lama kini, buktinya adalah bahwa gula aren walaupun terkesan tradisional dengan pengemasan yang menarik menjadikannya palm sugar yang keren. Sehingga, memiliki daya saing dan nilai jual yang lebih. Selain dari bahan dasar yang alami, yang memiliki kandungan gizi yang lebih dibandingkan dengan gula tebu, pengemasan yang mengedepakan kehigieneisan juga jadi faktor penting agar semakin terjamin bagi konsumen yang akan menikmatinya sebagai pemanis sehat. Dan produk dari Arenga Indonesia menjadi satu pilihan yang tepat bagi kita yang mengharapkan pemanis yang sehat itu. Tapi ingat, demi kenikmatan jangan sampai kita tidak bijak. Jangan sampai berlebihan dalam mengkonsumsinya, sebab pada beberapa bahan pangan memang ada juga yang sudah mengandung gula ataupun rasa manis bawaannya. Dan lagi, sekarang eranya gizi seimbang yang cukup agar aktivitas keseharian dapat ditopang dengan baik dan terhindar dari aneka penyakit. Bukankah ada pepatah kalau makan itu untuk hidup? Nah dalam rangka menyadarkan khalayak agar tidak terjerumus pada ketidaksadaran dalam hal konsumsi pemanis yang tidak sehat, sudah waktunya kita menulis tentang yang sehatnya. Maka, Ayo Ikutan Menulis Tentang Pemanis Sehat Yuuuk!




4 komentar:

  1. Terima kasih atas partisipasinya sahabat Taufik..
    Salam hangat

    BalasHapus
  2. terima kasih sudah turut berpartisipasi di Lomba Blog Peduli Pemanis Sehat

    Artikel sudah tercatat sebagai peserta ya mas Taufik

    BalasHapus