Proud of

Proud of

Selasa, 15 September 2015

HARI PANGAN SEDUNIA: Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku

Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia

Pangan adalah urusan hidup-mati suatu bangsa” 
—Presiden Pertama NKRI, Ir. Soekarno 


Setiap bulir padi, ingatkah kita kepada petani?
Menanam kebaikan (dok. pribadi)

Setiap butir telur, ingatkah kita kepada peternak? 
Setiap potong ikan, ingatkah kita kepada nelayan? 
Sembilan bahan pokok, darimanakah? 
Langit mengaruniakan hujan, tidakkah kita dibumi 
Memanfaatkan untuk modal bercocok tanam 
Atau setidaknya, menghargai peran pelaku usaha tan?


URUSAN hidup dan matinya suatu bangsa, begitulah presiden pertama kita, Ir. Soekarno, menyatakan pandangannya terhadap urgensi pangan. Dapat dibayangkan bagaimana jika sebuah bangsa tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya, tentu akan banyak sekali permasalahan-permasalahn lain yang timbul dan menjadi akar kehancuran sebuah bangsa. 


Indonesia adalah negara agraris dan maritim, yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang luas, baik daratan maupun lautannya tersebut, ditambah dengan ribuan pulau, seharusnya memberikan sebuah asa pasti, bahwa Indonesia tidak akan mengalami permasalahan pangan jika dan hanya jika sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik. Namun kenyataannya berkata sebaliknya. Produksi pangan Indonesia hingga saat ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya sehingga menjadikan Indonesia termasuk negara pengimpor pangan terbesar ke-4 di Dunia khususnya untuk impor beras *). Berbicara permasalahan pangan tentu akan berimbas pada permasalahan gizi, karena pangan dan gizi saling terikat khususnya dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan gemilang. Hal ini tentu akan menjadi masalah yang lebih serius jika tidak ditangani dengan cepat. 

Aku dan Generasi Cinta Tani Indonesia (dok. pribadi)


Permasalahan pangan yang dialami bangsa Indonesia bukanlah permasalahan sederhana. Permasalahan ini berakar dari aneka problem di tingkat mikro hingga makro. Salah satu faktor mikro adalah kurangnya perhatian pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Padahal petani (termasuk pula nelayan, peternak, dan semisalnya) mempunyai peran penting dalam menggerakkan roda pertanian secara luas, yang memberikan pangan untuk segenap elemen bangsa, sehingga tidak heran kunyatakan bahwa petani hidup dan mati bangsaku, bangsa kita, Indonesia. Namun demikian, sudah sejahterakah petani Indonesia? Tentu pertanyaan ini masih belum bisa terjawab hingga saat ini. Kualitas pendidikan yang rendah, kurangnya lahan pertanian, upah tani yang sedikit tentu sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan petani hingga akhirnya tidak sedikit dari mereka yang bekerja sebagai petani lebih memilih mencari pekerjaan lain, menjual tanahnya dan hijrah ke kota (suatu pola yang tidak sepatutnya). Lantas bagaimana dan darimana kita dapat memberi kecukupan pangan bagi penduduk Indonesia jika tidak ada pelaku pertaniaan, perkebunan, peternakan, kelautan? Apakah kita harus mengimpor seluruh kebutuhan pangan penduduk? Tanpa kita sadari bahwa kunci semua program yang direncanakan pemerintah untuk menangani permasalahan pangan tentunya tidak bisa berjalan dengan baik tanpa ada sumber daya manusia berupa pelaku taninya itu sendiri. Dalam rangka meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi pangan di negeri ini, program-program agraria maupun maritim harus pula memperhatikan aspek kesejahteraan dari pelaku tani di akar rumputnya sebagai ujung tombak dari hidup matinya bangsa Indonesia ini. 

Hidup Pertanian Indonesia, di Garut. (dok. pribadi)


Menjelang Hari Pangan Sedunia yang akan diperingati pada tanggal 16 Oktober setiap tahunnya, bisa menjadi momentum bagi kita untuk memperingati jasa para petani karena merekalah yang secara langsung, yang seringnya tidak disadari bahwa sebenarnya petani pejuang pangan dan gizi bangsaku. Dan di tengah iklim yang mulai berubah, hari pangan sedunia harus menjadi batu loncatan untuk menuju pertanian yang lebih ramah lingkungan dan efisien, tentu sudah saatnya memperhatikan pertanian di lahan kering di tengah upaya meningkatkan produksi pertanian di lahan basah. Adapun petani itu sendiri seumpama guru, pelaku usaha tani adalah orang-orang yang mengabdi untuk kelangsungan hidup, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga untuk masyarakat Indonesia seluruhnya. Artinya peran petani sangat mulia dalam kehidupan ini, belum lagi, kegiatan pertanian secara luas merupakan suatu kebiasaan yang sudah ada sejak lama, suatu warisan kearifan yang seharusnya kita jaga bersama. Tanpa mereka siapa lagi yang akan memperjuangkan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa ini. Suatu keniscayaan, bahwa nelayan, peternak, dan petani tulang punggung pangan dan gizi bangsaku dan bangsamu, karena merupakan pemeran yang strategis dalam menjalankan roda utama pertanian secara umum dan sebagai pemegang kunci selamat dari serbuan urbanisasi pun globalisasi yang dapat berpengaruh terhadap kedaulatan pangan khususnya ketahanan pangan suatu bangsa. 


Tidak ada kata terlambat, sekaranglah saatnya pemerintah untuk mengkaji ulang permasalahan pangan bangsa ini dimulai dengan memperhatikan kesejahteraan petani dan kita patut berterima kasih kepada mereka yang telah bersusah payah menanam dan menyediakan sumber pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak hanya rasa syukur, tindakan yang semestinya kita lakukan adalah dengan lebih memilih produk pangan hasil dari petani dalam negeri. Dan jika tetangga kita seorang petani, sangat baik bila kita membeli hasil panennya. Semoga ke depan, siklus produksi dari hasil pertanian, perikanan, kelautan, perkebunan, peternakan, tidak sekadar menjadi monopoli para pemilik modal sehingga untung di satu pihak semata. Seharusnya ada keadilan bagi semua pelaku usaha tani mulai dari buruh taninya sampai ke konsumennya. 

Selamat hari pangan sedunia, 
Sejahteralah petaniku 
Sehatlah bangsaku 

If the farmer is poor, then so is the whole country” –Polish Proverb


 bangsa yang besar membutuhkan petani yang tangguh (dok. pribadi)

Ket: *) http://www.neraca.co.id/article/36587/indonesia-pengimpor-beras-terbesar-ke-4-di-dunia-marak-alih-fungsi-lahan-pertanian 

12 komentar:

  1. di garut sudah ada air nya ya mas di tempat saya masih kekeringan gak ada air nya :( sawah pun pecah" tanah nya pun belum menjadi lumpur ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara umum saat ini memang kekeringan karena kemarau panjang terjadi di mana-mana. Sudah seharusnya ada upaya ke pertanian di lahan kering. :)

      Semoga segera diturunkan hujan kembali ya. Terima kasih mbak ipah

      Hapus
  2. di pesawahan gitu enak udaranya seger, enaknya sambil makan nasi liwet, mantab tuh

    BalasHapus
  3. Suka sedih kalau melihat orang yang beli makan tapi gak dihabiskan nasinya, padahal untuk menjadi sebulir padi kan diperlukan waktu minimal 3 bulan. Semoga kita dijauhkan dg hal2 seperti itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget. semoga kita bisa lebih pandai bersyukur ya

      Hapus
  4. Selamat menjelang hari pangan sedunia. Semoga semakin baik lagi ya penyelesaian persoalan makan di negeri ini.

    BalasHapus
  5. Tanpa petani, lemah lah bangsa kita


    www.aprikull.blogspot.co.id

    BalasHapus
  6. Sudah seharusnya memang kita memberi hormat yang setinggi-tingginya buat mereka pahlawan pangan.

    Agan-agan juga bisa melihat sepak terjang mereka disini...
    http://www.katabangdel.com/2015/09/petani-pejuang-pangan-dan-gizi-bangsaku.html

    BalasHapus
  7. yang namanya petani memang kudu dihargai ya mas, oleh karena itu mari kita dukung mereka supaya para petani semangat untuk bekerja dan hasilnya juga akan kita nikmati.

    BalasHapus