Bekatul merupakan hasil samping dari penggilingan atau penumbukkan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Adapun nama lain dari bekatul adalah rice bran. Saat ini, masyarakat semakin tidak mengenal manfaat dari bekatul, karena umumnya menganggap bahwa hanya beras yang layak dikonsumsi oleh kita. Sedangkan dedak atau bekatulnya hanya untuk pakan hewan, seperti bebek ataupun ayam. Padahal, menurut Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS., (2007) dari segi gizi, di antara bagian-bagian hasil penggilingan padi itu, bekatul merupakan bagian yang menghasilkan energi dan mengandung protein tinggi. Selain itu, dedak juga dapat diolah menjadi minyak dedak padi.
Serat pangan paling tinggi terdapat di lapisan bekatul dan terendah pada beras giling yang tampak bersih. Penggosokan pada saat penggilingan gabah bertujuan untuk menghilangkan perikarp, seed coat, testa, lapisan aleuron, dan lembaga menjadi beras giling. Dengan demikian, menyebabkan hilangnya lemak, protein, serat kasar, dan serat neutral detergent, abu, tiamin, riboflavin, niasin, serta vitamin E.
Menurut Juliano (1993) dalam Rice in Human Nutrition, Vitamin B terkonsentrasi di bekatul begitu juga dengan vitamin E. Sekitar 50% dari total tiamin berada di dalam skutelum dan 80-85% dari niasin di dalam perikarp ditambah lapisan aleuron. Mineral (abu) juga terkonsentrasi di dalam bekatul. Bagian terbesar (90%) dari fosfor di dalam fitin fosforous. Kalium dan magnesium terutama dalam bentuk garam fitin.
Jika kita melihat apa yang dipaparkan tersebut semakin jelaslah bahwa mengapa beras tumbuk pada masa dahulu itu lebih menyehatkan dibandingkan beras giling yang menghasilkan warna beras lebih putih bersih. Bahkan pada masa dahulu, bekatul kerap kali dipepes ataupun dibikin bubur bekatul (untuk sekarang beberapa sudah berinovasi ada bekatul dalam bentuk serbuk untuk ditambahkan pada minuman), dan ternyata mereka tampak sehat dan bugar walaupun usia mereka sudah sepuh, dan jarang sekali yang kemudian terkena pelbagai penyakit. Jadi, memang tidak salahnya mengkonsumsi bekatul. Mungkin tidak setiap hari tetapi itu selingan yang bagus sekali. Bekatul hasil penyosoran (bentuknya halus) yang mengandung vitamin dan serta yang tinggi sangatlah baik kita konsumsi. Beberapa memang sudah diproduksi secara khusus menjadi produk siap olah, dan biasanya di toko-toko bahan pangan organik. Dan jangan heran kalau sudah dalam kemasan yang menarik itu harganya biasanya akan lebih mahal, mengingat sekarang proses penggilingan dengan ditumbuk itu sangat jarang, malah lebih banyak menggunakan mesin, niatnya sih lebih efisien. Tetapi, sebagaimana umumnya perkembangan dari modernisasi senantiasa ada sisi kurang baiknya. Walau begitu sangat tidak ada salah jika kita membeli bekatul untuk kita makan, bukan untuk pakan hewan peliharaan saja.
Jika masih ragu dan perlu keterangan lebih lanjut, bisa berkonsultasi ke ahli gizi di puskesmas terdekat tentang manfaat bekatul, dan bekatul yang seperti apa yang baiknya dikonsumsi. Kalau punya orang tua yang sudah sepuh, mungkin bisa bertanya juga, bagaimana dahulu mereka mengkonsumsi bekatul. Nah, jadi, jangan terlalu bergemira jika melihat beras putih bersih sekali, bisa-bisa kurang kandungan gizinya atau bahkan beberapa beras yang sudah lama diolah kembali menggunakan pemutih. Jadi harus waspada juga ya terhadap beras putih yang berpemutih. Barangkali ada temen-temen yang pernah mengkonsumsi bekatul?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar