Nama lain dari Jengkol, yang mungkin kurang familiar adalah Pithecolobium sp. Apakah kamu suka mengkonsumsi jengkol? Jika, ya, maka harus mewaspadai, karena jengkol mengandung racun atau toksikan alami, yang disebut dengan asam jengkolat. Apa yang akan disebabkan oleh racun tersebut? Biasanya kalau dikonsumsi secara berlebih dan berkelanjutan, seseorang akan mengalami keracunan ditandai dengan ginjal (sakit pinggang), sulit buang air kecil, sampai tidak dapat buang air kecil. Sebagian orang kadang menyebut penyakit akibat jengkol itu, jengkoleun atau jejengkoleun. Ngeri juga, bukan? Tapi nggak dipungkiri bahwa bagi mereka yang suka, dengan pemasakan menggunakan aneka bumbu dan rempah-rempah, entah itu disemur atau direndang istilahnya, pasti mengatakan ada rasa enaknya tersendiri. Sejauh tidak dilalap dalam kondisi mentah sebenarnya tidak begitu berbahaya. Mengapa? Karena, kandungan asam jengkolat itu bisa berkurang jika jengkolnya itu dipukul sehingga bentuknya menjadi pipih, atau membiarkan untuk beberapa waktu sampai ada tanda-tanda berkecambah. Hindari jengkol yang masih ada warna hijaunya di dalam dagingnya, sebagaimana hal itu juga harus dihindari jika ada warna hijau pada kentang, ataupun singkong, karena itu tanda mengandung racun alami.
Tapi yang terbaik sih, jangan menjadikan jengkol itu makanan sehari-hari. Bagaimana pun harus variatif. Kalau sesekali, bagi yang memang menyukainya ya nggak apa-apa. Asal jangan sampai berlebihan. Kalau saya sendiri memang tidak suka mengkonsumsi jengkol, tapi kalau ada kawan yang suka, ya saya nggak pernah melarangnya berhenti, kecuali sedikit menasehati jangan berlebihan dan jangan merutinkan mengkonsumsi jengkol. Dan pastinya, yang bersangkutan harus menggosok gigi dan pakai pembersih gigi, biar napasnya kemudian tidak mengganggu mereka yang tidak begitu menyukai aroma jengkol. Ya, saling menghargai aja kali ya. Hehehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar