Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya program raskin dari pemerintah itu sangat banyak manfaatnya, walaupun raskin belum dapat diperoleh secara gratis oleh masyarakat yang berhaknya, tetapi harganya memang jauh lebih murah, sehingga masyarakat yang kurang mampu dapat memenuhi kebutuhan pokoknya akan beras. Tetapi, sudah menjadi rahasia umum juga bahwa raskin atau masyarakat di sini menyebutnya beas bulog (baca: beras bulog) itu kualitasnya memang renah. Hal itu kadang kentara sekali dari segi warna dan kebersihannya, kadang beras bulog yang diterima masyarakat banyak dedaknya, pun kotoran lainnya. Hal itu tentu saja menjatuhkan mutu beras.
Belum lagi, karena kemiskinan yang menerpa, banyak masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi lainnya, yang sebenarnya penting juga diperhatikan, untuk itulah para pakar di antaranya Prof. Hermanto Siregar dari Institut Pertanian Bogor menyarankan pemerintah agar melakukan fortifikasi, yakni proses penambahan zat gizi berupa besi, yodium, vitamin A, dan vitamin E, ke dalam beras, tanpa merusak warna dan rasa berasnya. Jadi, dengan demikian selain kebutuhan akan karbohidrat, masyarakat yang mengkonsumsi beras bulog itu akan mendapatkan komponen gizi lainnya tersebut. Hal itu tentu saja sangat menggembirakan dan dapat meningkatkan asupan gizi bagi masyarakat.
Tidak hanya itu, Prof. Hermanto Siregar juga menambahkan harus adanya upaya program diversifikasi pangan, di mana utamanya ialah menghasilkan produk-produk yang mirip beras dari banyak bahan baku yang tersedia di negeri ini. Sehingga beliau menyarankan nanti ada program baru bernama PANGKIN, atau pangan untuk orang miskin. Sehingga hal itu juga meningkatkan progres pertanian bahan pangan pokok masing-masing wilayah, di mana nanti ada beras dari jagung, dari umbi-umbian dan lainnya. Sehingga pada akhirnya kita tidak akan lagi bergantung pada impor beras yang lebih banyak merugikan itu. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar