Malnutrisi atau gizi salah terjadi
karena adanya kesenjangan atau selisih antara konsumsi dengan kebutuhan
gizi. Dikenal dua macam gangguan gizi, yaitu kurang gizi dan gizi lebih.
Sebagai contoh dari kekurangan gizi adalah kekurangan kalori protein,
scorbet, beri-beri, pelagra, dan lainnya. Sedangkan contoh kelebihan
gizi antara lain obesitas atau kita biasa menyebutkan kegemukan. Adapula
penyakit seperti aterosklerosis atau penyakit jantung iskemik, yang
selalu dihubung-hubungkan dengan gizi lebih.
Bagi
masyarakat Indonesia, masalah kekurangan gizi merupakan masalah yang
patut mendapat perhatian yang besar. Mengingat walaupun kita sudah
merdeka enam puluh tahun lebih, malnutrisi seringkali masih dijumpai di
sejumlah daerah yang umumnya tertinggal, bahkan di pinggiran ibukota pun
tidak jarang ditemui anak-anak yang mengalami malnutrisi. Maka dari
itu, patut disadari bahwa kekurangan gizi menjadi faktor penghambat
pembangunan nasional, karena kualitas sumber daya manusianya dapat
menurun. Begitupun dengan kelebihan gizi.
Manusia
tidak dapat memilih makanan yang cukup gizi hanya dari kekuatan naluri,
cita rasa dan indra perasa lainnya. Pengalaman mungkin saja dapat
menjadi guru terbaik, dan bisa berisikan pengetahuan, tetapi pendidikan
gizi sangat perlu di era sekarang ini, di mana ilmu gizi harus
diaplikasikan dengan upaya pemerintah untuk melakukan program-program
pengentasan gangguan gizi warganya dengan melibatkan para ahli gizi.
Lebih lanjut, kegemaran makan yang salah serta adanya tabu pada
masyarakat dapat lebih mempersulit penyelesaian masalah gizi. Maka perlu
memang upaya mengubah pikiran yang keliru tentang gizi di masyarakat.
Malnutrisi
terjadi kalau diet mengandung satu atau lebih zat gizi dalam jumlah
yang tidak tepat. Arti sebenarnya dari malnutrisi adalah gizi salah,
yang mencakup keadaan gizi kurang maupun gizi lebih. Di Indonesia,
menurut dr. Yekti Hartati Effendi, dengan masih tingginya angka kurang
gizi, istilah malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan gizi kurang. Secara
umum gizi kurang disebabkan oleh kekurangan energi dan protein. Namun
keadaan di lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai kasus yang
menderita defisiensi energi murni ataupun defisiensi protein murni. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar