Proud of

Proud of

Selasa, 16 Desember 2014

Inilah yang Kurasakan dalam Hujan

Aku kadang seperti daun yang kesepian. Dan hujan datang memperparah kerinduanku akan seseorang ataupun seseuatu yang mungkin tidak dapat kumiliki selalu. Tetapi hujan selalu datang di kota perantuanku ini. Sekalipun bukan musimnya, hujan selalu mengunjungi beranda kosanku di lantai dua wisma galih.

Dan kalau hujan sudah datang. Ia tak ubahnya sosok juru selamat yang menghapus luka lama, atau kadang hanya pendusta yang mengabarkan berita palsu, seolah-olah setiap bulan adalah april mop. Dan luka lama pun terulang kembali, semuanya, atau bahkan lebih parah.

Jujur saja, aku tidak selalu menyukai atau merasa nyaman dalam hujan. Sekalipun aku ada dalam suatu ruangan, misalnya di kosan, jika hujan di luar berkecambuk. Ketakutan pun meliputiku. Sebab hujan kadang datang tidak sendiri, kadang ia berkunjung bersama yang lainnya, si angin dan si petir.

Pernah suatu kali hujan dengan si petir yang keras menorehkan rasa takut dalam diriku. Sontak kuambil telepon dan mencari amalan doa saat ada petir. Hal itu memang cukup membantu, walaupun selalu ada sedikit rasa gelisah atau rindu yang dibawa oleh hujan namun dengan caranya yang keras itu.

Dan rasa semacam itu bukan baru-baru ini kurasakan, sejak dulu, saat aku mulai mengerti apa itu rasa. Tapi, tidak dapat kutampik, kadang hujan datang begitu menghangatkanku. Caranya kadang memang begitu lembut, selembut airmata kebahagian seorang ibu. Dan aku pun merasa nyaman. Jika saja selalu seperti itu. Tetapi... sepertinya maksud hujan selalu sama... Kedatangannya adalah pengingat kenangan... tentang pentingnya tetap menjaga kebersamaan... Karena tidak ada yang lebih hangat daripada itu...

Dan itu memang kurasakan saat di rumah. Bila hujan datang, kami sekeluarga lebih saling mengerti dan memahami. Dan begitu bergembira menikmatinya. Walaupun dulu, saat aku kecil, tidak terlalu menyukai yang namanya hujan-hujanan. Sudah seperti kucing saja. Padahal, kadang kucingnya pun begitu memaknai dan merasai kehadiran hujan dalam hari-hari yang dilaluinya...

Oh Kucing Hitam, Apakah yang kaulihat dan rasakan saat hujan datang?

Hewan-hewan seperti berefleksi. Berelaksasi. Pernah kumelihat betapa besar perjuangan seekor burung saat hujan berkecambuk, saat ia mencoba kembali ke sarangnya di suatu pohon. Tetapi angin menjatuhkannya. Dan mengombang-ambingkan si burung dengan upaya dari sayap kecilnya. Sampai kemudian berdiri di ranting pohon. Entah apa yang dirasakannya, jelasnya aku malah berdoa agar Tuhan meredakan hujan tersebut. Menenangkan angin yang ribut. Menurunkan volume suara si petirnya.

Dan alhamdulillah, saat reda, burung-burung terbeng kembali. Selalu ada harapan memang. Sekalipun rumah telah tiada. Semasih napas di dada, ia pun dapat membangunnya kembali. Dan sampai tidak terasa aku berdiri di tepi jalan menyaksikan perjuangan  burung-burung kecil itu. Dan tidak berusaha mencari tempat berteduh yang lebih menyamankan.

Ya... kepedulian, empati.... membuat kita menjadi pribadi yang berani...

Pada akhirnya, sekalipun aku tidak selalu menyukai hujan. Aku tahu bahwa hujan tidak hanya datang untukku. Sebagaimana saat aku berbuat baik, tidak semua akan menganggap baik atau menyukainya. Tetapi aku tetap dapat memilih, tetap berbuat baik atau urungkan diri. Dan hujan begitu istiqamah untuk menebarkan kasih karunianya. Di mana, kasih sayang kadang diajarkan dengan cara yang agak keras... Namun bukan suatu kekerasan... hanya ketegasan bahwa segalanya memiliki arti lebih...



Terima kasih, hujan. Karena tidak pernah kecewa karena sikapku yang belum selalu mencintaimu dengan apa adanya. Aku harap, dikau tak pernah bosan memberikan pengajaran tentang ketekunan dalam kebaikan, kesabaran dalam menjalankannya.

http://www.fredysetiawan.com/2014/11/first-giveaway-cerita-bersama-hujan.html


Tulisan ini diikutsertakan dalam A Story of Cantigi's First Giveaway



sumber gambar dari laughingsquid.com

4 komentar:

  1. Ada banyak rasa dalam hujan. ada banyak cerita. selamat berkontes mas, semoga beruntung.

    BalasHapus
  2. dikala hujan datang saya makh cuma diam aja di rumah ..heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muhun upami teu aya kagiatan di luar mah, pang ngeunahna nya di imah weh hehehe

      Hapus